Kamis, 21 Januari 2016

ETIKA DALAM KEPEMIMPINAN




   Tugas Mandiri                                                                                          Dosen Pembimbing  
KEPEMIMPINAN                                                                                         Dr. Abdul Rozak

ETIKA DALAM KEPEMIMPINAN

UIN SUSKA RIAU

DISUSUN OLEH
MELDAWATI
11375202252
V/ANA/A
JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2015




KATA PENGANTAR

            Puji syukur,kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa krena atas rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudu “ETIKA DALAM KEPEMIMPINAN” tepat pada waktunya. Dalam proses penyusunan makalah ini, penulis mendapatkan bantuan,bimbingan yang baik dari berbagai pihak.
Oleh karena itu,melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen yang telah membimbing dalam pembuatan makalah ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, masih banyak kekurangan dan banyak kelemahan.
Oleh karena itu,penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun guna menyempurnakan makalah ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bukan hanya bagi penulis melainkan juga kepada para pembaca.


                                                                                                                                          Pekanbaru,31 Oktober 2015

                                                                                                                          Penulis

 
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang.................................................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah.............................................................................................................. 1
C.     Tujuan  Makalah................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A.     Hakikat Kepemimpinan...................................................................................................... 3
B.     Pengertian Etika Kepemimpinan......................................................................................... 4
C.     Beberapa Teori Etika.......................................................................................................... 6
D.     Fungsi Etika Kepemimpinan............................................................................................... 8
E.      Dilema dalam Mengevaluasi Kepemimpina Etis................................................................. 9
F.      Perilaku Etis....................................................................................................................... 10
G.     Etika Profesi Pemimpin..................................................................................................... 11
H.     Determinan dari Kepemimpinan Etis................................................................................. 12
I.        Etika dalam Pemerintah..................................................................................................... 12
BAB III PENUTUP
A.     KESIMPULAN.................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA




BAB I
PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang
Kepemimpinan tanpa etika adalah malapetaka karena dapat menimbulkan ketidakstabilan dan kehancuran. Seorang pemimpin wajib untuk memimpin dengan berpondasikan etika yang kuat dan santun. Sebab, tanpa etika kepemimpinan, maka pemimpin tidak akan pernah mampu menyentuh hati terdalam dari para pengikut. Dan dia juga akan mnejadi yang gampang untuk di olok-olok oleh lawan dan kawan. Bila lawan, kawan, dan bawahan sudah suka meperolok-olokkan pemimpin, maka malapetaka akan menjadi sahabat kepemimpinan tersebut.
Seorang pemimpin yang memiliki etika akan mampu membawa organisasi yang dipimpinnya sampai ke puncak keberhasilan dengan memanfaatkan semua potensi yang ada pada semua anggota organisasi yang dipimpin. Seorang pemimpin menjadikan etika sebagai dasar mengoptimalkan semua bakat dan potensi sumber daya manusia, dan meningkatkan nilai dari semua sumber daya yang dimiliki oleh organisasi serta menghargai semua kualitas dan kompetensi sumber daya manusia. Dan bukan seorang pemimpin yang menciptakan jarak antara mimpi dan realitas. Tetapi dia seorang pemimpin beretika yang membantu semua mimpi pengikutnya menjadi kenyataan dalam kebahagiaan.
Pemimpin yang beretika tidak akan pernah punya niat untuk menyingkirkan bakat-bakat hebat yang menjanjikan masa depan cerah. Dia akan mengilhami semua orang dengan motivasi dan keteladanan untuk mampu mencapai keunggulan, dan merangsang semua orang untuk berfikir positif dan bekerja efektif.
B.            Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini ialah sebagai berikut:
1.             Apa Hakikat dari etika kepemimpinan itu?
2.             Apa pengertian dari etika kepemimpinan itu?
3.             Apa saja teori dari etika itu?
4.             Apa saja fungsi dari etika kepemimpinan itu?
5.             Bagaimana dilema dari etika kepemimpinan itu?

C.            Tujuan Masalah
Dengan adanya rumusan masalah diatas,maka tujuan masalahnya ialah:
1.             Mengetahui apa hakikat dari etika kepemimpinan itu.
2.             Mengetahui apa yang dimaksud dengan etika kepemimpinan itu.
3.             Mengetahui apa saja teori dari etika.
4.             Mengetahui apa saja fungsi dari etika kepemimpinan.
5.             Mengetahui bagaimana dilemma dari etika kepemimpinan.

















BAB II
PEMBAHASAN
A.           Hakikat Etika
          Etika berasal dari kata Yunani ethos (bentuk tunggal) yang berarti: tempat tinggal, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Bentuk jamaknya adalah ta etha, yang berarti adat istiadat. Dalam hal ini, kata etika sama pengertiannya dengan moral. Moral berasal dari kata latin: mos (bentuk tunggal), atau morse (bentuk jamak) yang berarti adat istiadat, kebiasaan, kelakuan, watak, tabiat, akhlak, cara hidup.[1]
          Untuk memperoleh pemahaman lebih lanjut mengenai etika, dibawah ini dikutip beberapa pengertian etika.
1.             Ada dua pengertian etika, sebagai praksis dan sebagai refleksi.
2.             Etika secara etimologis dapat diartikan sebagai ilmu tentang apa yang biasa dilakukan, atau ilmu tentang adat kebiasaan yang berkenaan dengan hidup yang baik dan yang buruk.
3.             Istillah lain dari etika adalah susila. Su artinya baik, dan sila artinya kebiasaan atau tingkah laku. Jadi, susila berarti kebiasaan atau tingkah laku pembuatan manusia yang baik.
4.             Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, etika dirumuskan dalam pengertian sebagai berikut:
a.       Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, dan tentang hak dan kewajiban moral.
b.      Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
c.       Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
5.             Menurut Lawrence, Weber, dan post etika adalah suatu konsepsi tentang perilaku benar dan salah. Etika menjelaskan kepada kita apakah perilaku kita bermoral atau tidak dan berkaitan dengan hubungan kemanusiaan yang fundamental, bagaimana kita berpikir dan bertindak terhadap kita.
6.             Menurut David P. Baron, etika adalah suatu pendekatan sistematis atas penilaian moral, yang didasarkan atas penalaran, analisis, sintesis, dan reflektif.
          Dari uraian diatas, dapat diketahui bahwa ternyata etika mempunyai banyak arti. Namun demikian, setidaknya arti etika dapat dilihat dari dua hal berikut:
a.              Etika sebagai praksis, sama dengan moral atau moralitas yang berarti adat istiadat, kebiasaan, nilai-nilai, dan norma-norma yang berlaku dalam kelompok atau masyarakat.
b.             Etika sebagai ilmu atau tata susila, adalah pemikiran atau penilaian moral. Etika sebagai pemikiran moral bisa saja mencapai taraf ilmiah bila proses penalaran terhadap moralitas tersebut bersifat kritis, metodis, dan sistematis. Dalam taraf ini ilmu etika dapat saja mencoba merumuskan suatu teori, konsep, asa, atau prinsip-prinsip tentang perilaku manusia yang dianggap baik atau tidak baik, mengapa perilaku tersebut dianggap baik atatu tidak baik, mengapa menajdi baik itu sangat bermanfaat, dan sebagainya.

B.            Pengertian Etika Kepemimpinan
          Etika adalah ilmu dan standar mengenai sesuatu yang salah, sesuatu yang diboleh dilakukan, dan sesuatu yang tidak boleh dilakukan. Perilaku yang benar merupakan perilaku yang etis dan perilaku yang salah merupakan perilaku yang tidak etis. Apa yang dianggap benar dan etis dan apa yang dianggap salah atau tidak etis di suatu negara atau budaya berbeda dengan negara lain atau budaya lainnya. Sesuatau perbuatan dianggap etis juga ditentukan oleh tujuannya. Misalnya, memberikan sesuatu sebagai hadiah ulang tahun di anggap etis, akan tetapi memberikan sesuatu dengan tujuan menyuap merupakan perbuatan tidak etis.
          Menurut teoritis kepemimpinan, kepemimpinan etis adalah kepemimpinan yang mendemonstrasikan perilaku yang secara normative tepat melalui tindakan-tindakan personal dan hubungan interpersonal, dan promosi perbuatan seperti itu kepada para pengikut melalui komunikasi dua arah, penguatan, dan pembuatan keputusan. [2]
             Pengaruh merupakan esensi dari kepemimpinan, dan para pemimpin yang berkuasa dampaka memiliki dampak besar pada kehidupan dari para pengikut dan nasib dari sebuah organisasi. Seperti yang diingatkan oleh Gini, masalah utamanya bukanlah apakah para pemimpin akan menggunakan kekuasaan, tetapi apakah mereka akan menggunakannya dengan bijaksana dan baik. Potensi besar sekali untuk pengaruh adalah satu alasan begitu banyak orang yang tertarik dalam aspek etis dari kepemimpinan. Subjek ini menjadi menonjol dalam beberapa tahun terakhir. Satu alasan mungkin adalah kepercayaan public yang menurun kepada para pemimpin bisnis dan politik selama tiga decade terakhir (Kouzes & Posher). [3]
          Etika adalah penyelidikan filosofi mengenai kewajiban-kewajiban manusia, dan tentang hal-hal yang baik dan buruk jadi penyelidikan tentang bidang moral. Maka etika juga didefinisikan sebagai filsafat tentang bidang moral. Etika tidak membahas kondisi atau keadaan manusia melainkan tentang bagaimana manusia itu seharusnya bertingkah laku. Karena itu pula etika adalah filsafat mengenai praktis manusia yang harus berbuat menurut aturan dan norma tertentu. [4]
          Norma merupakan aturan mengenai baik dan buruk, benar dan salah. Sedangkan yang dimaksud dengan etika adalah suatu pendekatan sitematis atas pertimbangan moral berdasarkan penalaran, analisis, sintesis, dan perenungan. Dalam melakakukan pilihan etis terhadap pertimbangan moral tertentu maka nilai dari masing-masing pihak yang terlibat dalam suatu pengambilan keputusan etis akan sangat menentukan pilihan mana yang akan dilakukan. Dengan demikian senantiasa terdapat hubungan yang sangat erat antara nilai dengan keputusan etis yang dibuat. [5]
          Organisasi merupakan penjelasan yang menguntungkan bagi pemahaman yang lebih baik dan mengembangkan etika organisasi. Jika perilaku organisasi dapat memberikan wawasan mengenai bagaimana mengelola perilaku kerja manusia, kemudian ia dapat mengajarkan kepada kita cara menghindari perilaku yang buruk. Etika mencakup penelitian mengenai pilihan dan masalah moral. Ia menyangkut benar versus salah, baik versus buruk, dan banyak bayangkan kelabu dalam isu-isu yang diduga berwarna hitam dan putih. Implikasi moral bersumber dari setiap keputusan yang sebenarnya, baik didalam maupun diluar kerja. [6]
          Kepemimpinan etis merupakan gagasan yang ambigu yang terlihat meliputi beragam elemen berbeda. Amatlah berguna membuat sebuah perbedaan antara etis dari seorang pemimpin dengan etika dari jenis perilaku kepemimpinan tertentu (Bass & Steidlmeier, 1999). Kedua jenis etika itu sulit dievaluasi. Heifetz (1994) menyatakan tidak ada landasan netral secara etis bagi teoti-teori kepemimpinan, karena mereka selalu melibatkan nilai dan asumsi implicit mengenai bentuk pengaruh yang tepat. [7]
          Etika meliputi persoalan moral dan pilihan dan berhubungan dengan perilaku yang benar dan salah. Meskipun selama ini etiak yang kurang mendapat perhatian, mulai dari kegagalan Entron dan segera diikuti oleh kasus profil tinggi lainnya, eksekutif berkedudukan tinggi ditahan dan dituduh “merampok” perusahaan, perusahaan akuntan umum dinyatakan bersalah karena beberapa gangguan, dan masih banyak lagi etika telah mengambil posisi penting.
          Disamping persoalan moral dan pedoman program etika serta iklim budaya organisasi, dalam kerangka mengenai diversitas, etika juga mempunyai dampak pada bagaimana bawahan diperlakukan, dan bagaimana mereka melakukan pekerjaannya. Dengan kata lain, etika dapat mempengaruhi keadaan karyawan dan kinerja mereka. Secara khusus, masalah-masalah sosial saat ini yang berhubungan dengan keterlibatan perusahaan dalam pelecahan seksual dan hak privasi, secara khusus relavan dengan studi perilaku etis dalam organisasi sekarang ini. [8]
C.            Beberapa Teori Etika
          Etika sebagai disiplin ilmu berhubungan dengan kajian secara kritis tentang adat kebiasaan, nilai-nilai, dan norma-norma perilaku manusia yang dianggap baik atau tidak baik. Sebagai ilmu etika belum semapan ilmu fisika atau ilmu ekonomi. Dalam etika masih dijumpai banyak teori yang mencoba untuk menjelaskan suatu tindakan, sifat atau objek perilaku yang sama dari sudut pandang atau prespektif yang berlainan. Sebagaimana dikatakan oleh Peschke S.V.D, pelbagai teori etika muncul antara lain karena adanya perbedaan prespektif dan penafsiran tentang apa yang menjadi tujuan akhir hidup umat manusia.
          Disamping itu, sifat teori dalam ilmu etika masih lebih banyak untuk menjelaskan sesuatu, belum sampai pada tahap untuk meramalkan, apalagi untuk mengontrol sutau tindakan atau perilaku. Banyaknya teori etika yang berkembang tampak cukup membingungkan. Padahal, sifat teori yang semakin sederhana dan makin mengurucut menuju suatu teori tunggal yang mampu menjelaskan suatu gejala secara komprehensif, justru makin menunjukkan kemapanan disiplin ilmu yang bersangkutan. Untuk memperoleh pemahaman tentang berbagai teori etika yang berkembang, berikut ini diuraikan secara garis besar beberapa teori yang berpengaruh.
1)             Egoisme
          Rachel memperkenalkan dua konsep yang berhubungan dengan egoism, yaitu: egoisme psikologis dan egoisme etis. Kedua konsep ini tampak mirip karena keduanya menggunakan istilah egoisme, namun sebenarnya keduanya mempunyai pengertian yang berbeda. Egoisme psikologis adalah suatu teori yang menjelaskan bahwa semua tindakan manusia dimotivasi oleh kepentingan berkutat diri. Menurut teori ini, orang boleh saja yakin bahwa ada tindakan mereka yang bersifat luhur dan suka berkorban, namun semua tindakan yang suka berkorban tersebut hanyalah ilusi.
          Munculnya paham egoisme etis memberikan landasan yang sangat kuat bagi munculnya paham ekonomis capitalis dalam ilmu ekonomi. Paham ekonomi kapitalis ini diperoleh oleh Adam Smith. Adam Smith berpandangan bahwa kekayaan suatu negara akan tumbuh maksimal bila setiap individu diberi kebebasan untuk mengejar kepentingan nya masing-masing. Pada awalnya paham ini hanya dianut oleh negara-negara barat, namun kini hampir semua negara didunia ini telah dipengaruhi oleh sistem kapitalis ini.
2)             Utilitarianisme
          Utilitarianisme berasal dari kata latin utilis, kemudian menjadi kata inggris utility yang berarti bermanfaat. Menurut teori ini, suatu tindakan dapat dikatakan baik jika membawa manfaat bagi sebanyak mungkin anggota masyarakat, atau dengan istilah yang sangat terkenal. Jadi, ukuran baiknya tindakan dilihat dari akobat konsekuensi, atau tujuan dari tindakan itu, apakah memberi manfaat atau tidak. Itulah sebabnya, paham ini disebut juga paham teleologis. Teleologis berasal dari kata yunani telos yang berarti tujuan.
          Perbedaan paham Utilitarianisme dengan paham egoisme etis terletak pada siapa yang memperoleh manfaat. Egoisme etis melihat dari sudut pandang kepentingan individu, sedangkan paham utilitarianisme melihat dari sudut kepentingan orang banyak (kepentingan bersama, kepentingan masyarakat).
3)             Deontologi
          Paradigma teori deontology sangat berbeda dengan paham egoisme dan utilitarianisme yang sudah dibahas. Kedua teori yang disebut terakhir, yaitu teori egoisme dan utilitarianisme sama-sama menilai baik buruknya suatu tindakan dari akibat, konsekuensi, atau tujuan dari tindakan tersebut. Bila akibat dari suatu tindakan memberikan manfaat entah untuk individu atau untuk banyak orang atau kelompok masyarakat, maka tindakan itu dikatakan etis. Sebaliknya, jika akibat suatu tindakan merugikan individu atau sebagian besar kelompok masyarakat, maka tindakan tersebut dikatakan tidak etis. Teori yang menilai suatu tindakan berdasarkan hasil, konsekuensi, atau tujuan dari tindakan tersebut disebut teleology. [9]
D.           Fungsi Etika Kepemimpinan
          Etika memengaruhi perilaku pemimpin dan perilaku pera pengikut. Fungsi etika kepemimpinan ialah sebagai berikut:
1)             Norma etika. Setiap organisasi. Setiap organisasi atau sistem soisal yang mapan mempunyai norma dan nilai-nilai etika di samping peraturan. Norma dan nilai-nilai tersebut merupakan bagian daripada budaya organisasi.
2)             Pemimpin. Norma dan nilai-nilai memengaruhi perilaku semua anggota organisasi termasuk pemimpin. Khusus bagi pemimpin ia harus memimpin aplikasi dan penegakan pelaksanaan norma dan nilai-nilai dalam perilaku organisasi dan perilaku pribadi para anggota organisasi.
3)             Perilaku memengaruhi pemimpin yang etis. Norma dan nilai-nilai organisasi diterapkan dalam perilaku memengaruhi pemimpin. Jika pemimpin menerapkan norma dan nilai-nilai etika maka terciptalah teknik memengaruhi dari pemimpin yang etis. Pemimpin menggunakan teknik memengaruhi yang dapat diterima oleh para pengikut yang juga telah menerapkan norma dan nilai-nilai organisasi dalam perilakunya.
4)             Iklim etika. Penggunaan norma dan nilai-nilai organisasi oleh pemimpin dalam teknik memengaruhi pemimpin yang dapat diterima oleh para pengikut yang telah menyesuaikan perilakunya dengan norma dan nilai-nilai organisasi menciptakan iklim etika dalam organisasi. Iklim etika adalah persepsi pemimpin dan pengikut mengenai apa yang terjadi secara rutin dalam lingkungan internal organisasi.
5)             Kinerja Pengikut. Iklim etika memungkinkan para pengikut bekerja secara maksimal, meningkatkan motivasi, etos kerja dan kepuasan kerja para pengikut. Hambatan-hambatan psikologis pengikut dalam bekerja dihindari. Dengan demikian akan tercipta kinerja maksimal dari para pengikut.
6)             Visi tercapai. Jika kinerja pengikut maksimal maka dapat diprediksi kinerja organisasi akan maksimal dan visi pemimpin akan tercapai.[10]

E.            Dilema dalam Mengevaluasi Kepemimpinan Etis
          Mempengaruhi komitmen dan optimisme pengikut adalah aspek pusat dari kebanyakan teori mengenai kepemimpinan efektif. Para pemimpin biasanya diharapkan untuk mempengaruhi komitmen para pengikut terhadap sebuah tugas yang ada atau sebuah aktivitas baru. Namun, pengaruh ini juga merupakan sumber dari kekhawatiran etis. Masalah untuk mengevaluasi kepemimpinan etis adalah untuk menentukan kapan pengaruh demikian kapan pengaruh demikian itu tepat.
          Etika mempengaruhi para pengikut adalah perhatian utama untuk teori kepemimpinan transformasional dan karismatik. Kebanyakan teori ini melibatkan pengaruh pemimpin yang besar atas sikap dan perilaku pengikut. Lebih mudah untuk mengevaluasi kepemimpinan etis saat minat dari pemimpin, pemgikut dan organisasi kongruen dan dapat dicapai dengan tindakan yang tidak melibatkan terlalu banyak resiko atau biaya kepada suatu pihak.
          Namun, dalam banyak situasi proses mempengaruhi dapat melibatkan, penciptaan antuasiasme untuk sebuah strategi atau proyek yang berkuasa, membujuk para pengikut untuk mengubah keyakinan dan nilai mereka yang mendasari atau ketiga mempengaruhi keputusan yang akan menguntungkan sebagian orang dengan mengorbankan yang lain. Setiap jenis pengaruh ini melibatkan beberapa dilema etis.
          Mempengaruhi Harapan, sebuah tanggung jawab kepemimpinan yang penting adalah untuk menerjemahkan peristiwa yang membingungkan dan membangun consensus di sekitar strategi untuk berhadapan dengan ancaman dan kesempatan. Nilai dan Keyakinan yang Mempengaruhi yang lebih controversial adalah sebiah untuk mengubah nilai dan keyakinan yang mendasari dari masing-masing pengikut. Berbagai Stakeholder kesulitan dalam mengevaluasi efektivitas kepemimpinan meliputi berbagai criteria yang memiliki pertukaran yang rumit, dan para stakeholder yang sebagian memiliki kepentingan untuk saling berkonflik.
          Evaluasi harus mempertimbangkan batasan dimana seorang pemimpin yang menyeimbangkan dan mengintegrasikan kepentingan dari stakeholder berbeda di dalam batasan yang dikenakan oleh kewajiban hukum dan kontraktual. Sebuah orientasi integrative terlihat lebih etis bagi pemimpin daripada mendukung fraksi yang akan memberikan keuntungan pribadi yang tertinggi bagi pemimpin, mempermainkan stakeholder satu sama lain atau berusaha mengabaikan konflik kepentingan substantive. [11]
F.             Perilaku Etis
          Seorang pemimpin, yang etis perilakunya mengacu pada norma-norma etika. Karakteristik perilaku etis antara lain:
1.             Dapat dipercaya. Seorang pemimpin harus dapat dipercaya oleh para pengikutnya. Ia seorang yang jujur berupaya menyatukan antara apa yang dikatakan, dijanjikan dengan apa yang dilakukannya.
2.             Menghargai dan menghormati orang lain. Pemimpin harus memperlakukan para pengikut dengan baik seperti ia ingin diperlakukan pengikutnya dan orang lain. Pemimpin juga harus menghargai hak asasi para pengikut dan orang-orang yang berhubungan dengan organisasinya.
3.             Bertanggung Jawab. Pemimpin harus mempunyai rasa tanggung jawab terhadap tugasnya dan perannya dalam organisasi untuk mencapai visi, misi, dan tujuan organisasi.
4.             Adil. Seorang pemimpin harus adil dalam melaksanakan peraturan tidak mengambil keuntungan untuk diri sendiri, keluarganya dan kroninya.
5.             Kewargaan oraganisasi. Pemimpin melaksankan tugas untuk membuat kehidupan lebih baik, melindungi lingkungan, melaksanakan tugasnya sesuai dengan undang-undang dan peraturan dan menerapkan prinsip-prinsip dasar organisasi.
6.             Menggunakan kekuasaannya secara bijak. Pemimpin mempunyai betbagai jenis kekuasaan yang dapat dipergunakannya untuk memengaruhi para pengikutnya dan orang lain yang berhubungan dengan organisasinya.
7.             Jujur. Pemimpin harus memegang prinsip kejujuran, ia harus jujur kepada dirinya sendiri, kepada para pengikutnya dan kepada orang yang berhubungan dengan organisasinya.
          Pemimpin merupakan faktor penentu terciptanya perilaku etis dan iklim etika dalam organisasi. Pemimpin menyusun strategi pengembangan perilaku etis yang merupakan bagian dari strategi organisasi. Pemimpin menyusun kode etik organisasi san melaksanakannya sebagai panduan perilaku para anggota organisasi. Dalam melaksanakan kode etik, pemimpin menjadi role model atau panutan perilaku etis. Dalam organisasi dibentuk komisi atau badan kode etik yang menegakkan pelaksanaan kode etik.[12]
G.           Etika Profesi Pemimpin
          Profesi adalah vak, pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang. Jika kepemimpinan itu harus dijadikan satu profesi, dan oleh tugas-tugasnya yang berat pemimpin tersebut mendapatkan imbalan materiil dan imateriil tertentu, maka sebagai konsekuensinya pada dirinya bisa dikenakan sanksi-sanksi tertentu. Karena itu profesi kepemimpinan selalu menyandang nilai-nilai etis dan pengenaan sanksi tersebut. Dengan demikian etika profesi pemimpin memberikan landasan kepada setiap pemimpin untuk selalu:[13]
1.             Bersikap kritis dan rasional. Berani mengemukakan pendapat sendiri dan berani bersikap tegas sesuai dengan rasa tanggung jawab etis sendiri.
2.             Bersikap otonom. Dengan otonomi ini bukan berarti sang pemimpin dapat berbuat semau sendiri, atau bisa bertingkah laku sewenang-wenang, melainkan dia bebas memeluk norma-norma diyakini sebagai baik dan wajib dilaksanakan, untuk membawa anak buah pada pencapaian tujuan tertentu.
3.             Memberikan perintah-perintah dan larangan-larangan yang adil dan harus ditaati oleh setiap lembaga dan individu. Yaitu oleh pemimpin , orang tua, keluarga, sekolah, badan hukum, lembaga agama, negara, dan lain-lain.

H.           Determinan dari Kepemimpinan Etis
          Kepemimpinan etis juga berhubungan dengan kebutuhan individual dan ciri kepribadian dari pemimpin. Perilaku yang destruktif dan berorientasi diri sendiri lebih memungkinkan bagi pemimpin yang memiliki ciri kepribadian yang seperti amat menyukai diri sendiri, Kematangan emosional yang rendah, pusat orientasi kendali eksternal, orientasi kekuasaan pribadi. Jenis pemimpin ini lebih merasa bahwa orang lain tidak dapat dipercaya dan memandang mereka sebagai objek untuk dimanipulasi untuk keuntungan pribadi. Pemimpin menggunakan kekuasaan mengeksploitasi orang lain dan memajukan keriernya sendiri, bukannya untuk mencapai sasaran organisatoris.
          Perilaku etis terjadi dalam konteks sosial dan dapat dipengaruhi oleh aspek situasi. Perilaku yang tidak etis akan lebih mungkin bagi organisasi yang memiliki tekanan tinggi untuk meningkatkan produktivitas, kompetisi yang ketat untuk penghargaan dan kemajuan, penekanan yang kuat pada kepatuhan kepada yang berwenang, kekuasaan posisi yang kuat bagi para pemimpin, dan nilai dan norma budaya yang lemah mengenai perilaku etis dan tanggung jawab individual.
          Kepribadian pemimpin dan perkembangan moral kognitif berinteraksi dengan aspek dari situasi dalam penentuan perilaku eis dan tidak etis. Perilaku etis dapat dijelaskan secara lebih baik dengan pertimbangan dari individual dan situasinya, daripada salah satu variabel itu saja. Pemimpin yang matang secara emosional memiliki tingkat perkembangan moral yang tinggi lebih mungkin menentang tekanan sosial untuk menggunakan praktik destruktif atau tidak etis. [14]
I.              Etika dalam Pemerintah
          Dalam konteks organisasi, etika organisasi dapat berarti pada sikap dan perilaku yang diharapkan dari setiap individu dan kelompok anggota organisasi, yang secara keseluruhan akan membentuk budaya organisasi, yang sejalan dengan tujuan maupun maksud tujuan organisasi yang bersangkutan.
          Dalam organisasi administrasi public atau pemerintah pola sikap dan perilaku serta hubungan antarmanusia dalam organisasi tersebut, dan hubungannya dengan pihak luar organisasi, pada umunya diatur dengan peraturan perundangan yang berlaku dalam sistem hukum negara yang bersangkutan. Bagi aparatur pemerintah budaya dan etika kerja merupakan hal yang harus diperhatikan oleh pemerintahan pusat ataupun daerah, pada tingkat depertemen atau organisasi dan unit-unit kerja dibawahnya.
          Adanya etika ini diharapkan mampu membangkitkan kepekaan birokrasi (pemerintah) dalam melayani kepentingan masyarakat. Tujuan yang hakiki dari setiap pemerintah di negara manapun adalah mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat warga negara yang bersangkutan. Walaupun demikian, pola atau cara-cara yang ditempuh dari perilaku pemerintah dalam hal itu berbeda dari satu negara ke negara lainnya, bergantung pada kondisi dan situasi yang berlaku di negara masing-masing.[15]

           











BAB III
PENUTUP
A.           Kesimpulan
          Etika adalah ilmu dan standar mengenai sesuatu yang salah, sesuatu yang diboleh dilakukan, dan sesuatu yang tidak boleh dilakukan. Perilaku yang benar merupakan perilaku yang etis dan perilaku yang salah merupakan perilaku yang tidak etis. Apa yang dianggap benar dan etis dan apa yang dianggap salah atau tidak etis di suatu negara atau budaya berbeda dengan negara lain atau budaya lainnya. Sesuatau perbuatan dianggap etis juga ditentukan oleh tujuannya. Misalnya, memberikan sesuatu sebagai hadiah ulang tahun di anggap etis, akan tetapi memberikan sesuatu dengan tujuan menyuap merupakan perbuatan tidak etis.
          Kepemimpinan etis merupakan gagasan yang ambigu yang terlihat meliputi beragam elemen berbeda. Amatlah berguna membuat sebuah perbedaan antara etis dari seorang pemimpin dengan etika dari jenis perilaku kepemimpinan tertentu (Bass & Steidlmeier, 1999). Kedua jenis etika itu sulit dievaluasi. Heifetz (1994) menyatakan tidak ada landasan netral secara etis bagi teoti-teori kepemimpinan, karena mereka selalu melibatkan nilai dan asumsi implicit mengenai bentuk pengaruh yang tepat.
          Dalam konteks organisasi, etika organisasi dapat berarti pada sikap dan perilaku yang diharapkan dari setiap individu dan kelompok anggota organisasi, yang secara keseluruhan akan membentuk budaya organisasi, yang sejalan dengan tujuan maupun maksud tujuan organisasi yang bersangkutan.


[1] Agoes, Sukrisno, Ardana, Etika Bisnis dan Profesi: Tantangan Membangun Manusia Seutuhnya, 2009, Jakarta, Salemba Empat, hlm. 26-27.
[2] Dr. Wirawan, MSL, Sp.A.,MM.,M.Si., Kepemimpinan: Teori, Psikologi, Perilaku Organisasi, Aplikasi dan Penelitian, 2013, Jakarta, Raja Grafindo Persada, hlm. 102.
[3] Gary Yukl, Kepemimpinan dalam Organisasi, 2005, Jakarta, Macanan Jaya Cemerlang, hlm. 480.
[4] Prof. Dr. Veithzal Rivai, M.B.A., Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, 2007, Jakarta, Raja Grafindo Persada, hlm. 96.
[5] Ismail Solihin, Pengantar manajemen, 2009, Jakarta, Gelora Aksara Pratama, hlm. 178-179.
[6] Robert Kreitner, Angelo Kinicki, Perilaku Organisasi, 2003, Jakarta, Salmeba Empat, hlm. 105.
[7] Gary Yukl, Kepemimpinan dalam Organisasi, 2005, Jakarta, Macanan Jaya Cemerlang, hlm. 480.
[8] Luthans Fred, Perilaku Organisais, 2005, Yogyakarta, hlm. 89-91.
[9] Agoes, Sukrisno, Ardana, Etika Bisnis dan Profesi: Tantangan Membangun Manusia Seutuhnya, 2009, Jakarta, Salemba Empat, hlm. 44-47.
[10] Dr. Wirawan, MSL, Sp.A.,MM.,M.Si., Kepemimpinan: Teori, Psikologi, Perilaku Organisasi, Aplikasi dan Penelitian, 2013, Jakarta, Raja Grafindo Persada, hlm. 104-105.
[11] Gary Yukl, Kepemimpinan dalam Organisasi, 2005, Jakarta, Macanan Jaya Cemerlang, hlm. 484-488.
[12] Dr. Wirawan, MSL, Sp.A.,MM.,M.Si., Kepemimpinan: Teori, Psikologi, Perilaku Organisasi, Aplikasi dan Penelitian, 2013, Jakarta, Raja Grafindo Persada, hlm. 105-106.
[13] Prof. Dr. Veithzal Rivai, M.B.A., Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, 2007, Jakarta, Raja Grafindo Persada, hlm. 96-99.
[14] Gary Yukl, Kepemimpinan dalam Organisasi, 2005, Jakarta, Macanan Jaya Cemerlang, hlm. 489-490.
[15] Khairul Umar, Manajemen Organisasi, 2012, Bandung, Pustaka Setia, hlm. 400.





DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. Ardana. Etika Bisnis dan Profesi: Tantangan Membangun Manusia
Seutuhnya. 2009. Jakarta. Salemba Empat.
Ardana, Komang; Mujiati, Ni Wayan; Ayu Sriathi, Anak Agung. Perilaku Keorganisasian.
                        2009. Yogyakarta. Edisi ke-2. Graha Ilmu. xii=208 hlm, 1 jil. : 23 cm.
Fred, Luthans. Perilaku Organisasi. 2006. Yogyakarta.
Kartono,Kartini. 2002. Pemimpin dan Kepemimpinan: Apakah Pemimpin Abnormal itu?.
Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.
Kreitner, Robert. Angelo Kinicki. Perilaku Organisasi. 2005. Jakarta. Salemba Empat.
Rivai,Veithzal. 2012. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Solihin, Ismail. Pengantar Manajemen. 2009. Jakarta. Gelora Aksara Pratama.
Umar, Khairul. Manajemen Organisasi. 2012. Bandung. Pustaka Setia.
Wibowo. Perilaku dalam Organisasi. 2014. Jakarta. Raja Grafindo Persada.
Wirawan. Kepemimpinan: Teori, Psikologi, Perilaku Organisasi, Aplikasi dan Penelitian.
2013. Jakarta. Raja Grafindo Persada.
Yuki, Gary. Kepemimpinan dalam Organisasi. 2005. Jakarta. Macanan Jaya Cemerlang.






4 komentar:

  1. terimakasih sangat membantu sekali ,saya mau saran untuk backgrund nya jangan petir2 soalnya pusing liatnya :)

    BalasHapus
  2. terkejut saya, pertama kali petirnya muncul =D
    but, artikel ini sangat membantu, terima kasih :)

    BalasHapus
  3. kak mohon ijin kutip beberapa pendapat para ahli dari tulisan kakak untuk tugas saya ya kak, terimakasih sebelumnya kak :))

    BalasHapus
  4. kak izin kutip beberapa materinya yaa

    BalasHapus