Kamis, 21 Januari 2016

MOTIVASI DALAM KEPEMIMPINAN




   Tugas Mandiri                                                                                          Dosen Pembimbing  
KEPEMIMPINAN                                                                                         Dr. Abdul Rozak


MOTIVASI DALAM KEPEMIMPINAN

UIN SUSKA RIAU
DISUSUN OLEH:
MELDAWATI
11375202252
V/ANA/A
JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2015



KATA PENGANTAR

            Puji dan syukur penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Pada penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan tambahan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak itu bisa teratasi.
Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya, mendapatkan bantuan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat diharapkan penulis , untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.


                                                                                            Pekanbaru, 24 Oktober 2015

                                                                                                            Penulis




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang.................................................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah.............................................................................................................. 1
C.     Tujuan  Makalah................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A.     Hakikat Motivasi................................................................................................................ 3
B.     Pengertian Motivasi............................................................................................................ 4
C.     Teori Motivasi.................................................................................................................... 6
D.     Model Motivasi.................................................................................................................. 11
E.      Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi..................................................................... 12
F.      Metode-metode Motivasi................................................................................................... 13
G.     Teknik Motivasi................................................................................................................. 14
H.     Asas-asas Motivasi............................................................................................................ 15
BAB III PENUTUP
A.     KESIMPULAN.................................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA




BAB I
PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang
Pada zaman sekarang organisasi-organisasi semakin bermunculan dan berkembang pesat di Indonesia. Dengan munculnya organisasi-organisasi baru maka banyak organisasi yang mencari tenaga-tenaga kerja atau pegawai baru yang berkompeten, karena pegawai yang berkompeten merupakan asset penting yang wajib dimiliki dan dijaga bagi suatu organisasi untuk mencapai tujuan.
Salah satu upaya untuk mencapai tujuan yaitu, meningkatkan kinerja pegawai, dengan praktek kepemimpinan atau gaya kepemimpinan yang handal dan motivasi berprestasi yang tinggi dan terarah. Setiap pemimin pada dasarnya memiliki perilaku yang berbeda dalam memimpin para pegawainya, perbedaan perilaku para pemimpin disebut dengan gaya kepemimpinan.
Kepemimpinan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan motivasi, karena keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan pegawainya dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, sangat tergantung kepada kewibawaan pemimpinnya, kemampuan pemimpin dalam menciptakan motivasi terhadap pegawainya, dan menciptakan motivasi terhadap kolega maupun atasan pemimpin itu sendiri.
Kurang adanya peranan pimpinan dalam menciptakan komunikasi yang harmonis dan memberikan pembinaan terhadap pegawai, akan menyebabkan tingkat kinerja pegawai yang rendah. Demikian halnya dengan kurangnya motivasi pegawai untuk masuk kerja dan sikap malas-malasan pegawai dalam bekerja, yang akan menyebabkan kinerja pegawai rendah. Tinkat kinerja yang belum optimal disebabkan karena kurangnya motivasi yang diberikan oleh pemimpin. Motivasi yang jarang diberikan oleh pemimpin menyebabkan semangat pegawai rendah, dan berakibat menurunkan kinerja pegawai. 
1.2         Rumusan Masalah
Rumusan dalam makalah ini ialah
1.             Apakah yang dimaksud dengan motivasi?
2.             Apa saja teori dan model motivasi?
3.             Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi motivasi?
4.             Apa saja metode-metode motivasi?

1.3         Tujuan Masalah
Tujuan dari makalah ini ialah:
1.             Mengetahui apa pengertian dari motivasi.
2.             Mengetahui apa saja teori dan model motivasi.
3.             Mengatahui Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi motivasi.
4.             Dan mengetahui metode-metode apa yang ada dalam motivasi.
















BAB II
PEMBAHASAN
1.             Hakikat Motivasi
Teori motivasi tradisional yang berkembang awal abad ke-20 berasal dari teori manajemen ilmiah. Ketika itu uang adalah sebagai faktor motivasi utama, sehingga hadiah berupa uang tersebut harus dihubungkan secara langsung dengan kinerja.
a.              Teori Hirarki Kebutuhan Maslow. Abraham Maslow yakin bahwa ketidakpuasan kebutuhan individu adalah sumber motivasi utama. Ia menempatkan lima kebutuhan dalam bentuk hierarki dari yang paling mendasar hingga yang paling matang yaitu: kebutuhan dasar fisik untuk survey, keamanan, rasa memiliki, status ego dan aktualisasi diri.
b.             Teori motivasi: Hygiene Herzberg: fokusnya lebih mengkhususkan pada situasi kerja, Frederick  I. Herzberg, yakin bahwa hanya kebutuhan-kebutuhan yang berhubungan dengan tingkat status ego Maslow dan aktualisasi diri adalah sumber motivasi kerja langsung. Ia menyebut faktor motivasi ini dan ia beranggapan bahwa tingkat kebutuhan yang lebih rendah yaitu survival dan keamanan yang ia juluki sebagai faktor ketidakpuasan berpusat pada isu yang tidak berhubungan langsung dengan pekerjaan dan merupakan faktor-faktor yang diasumsikan kebanyakan orang akan dipenuhi.
c.              Kebutuhan Pribadi. Pada dasarnya setiap karyawan dalam hidupnya dikuasai oleh kebutuhan tertentu yang mendorong dia untuk bekerja. Manusia memang memiliki 1001 macam kebutuhan. Setiap orang kebutuhan hidupnya berbeda baik macam kebutuhan maupun prioritasnya, hal ini ditentukan oleh berbagai faktor, mulai dari latar belakang pendidikan, adat istiadat, lingkungan sosial dan strata sosial.
Pada dasarnya pada diri setiap manusia selalu ada dorongan yang kuat untuk ingin maju, ingin lebih baik dari orang lain dan makin kuat imannya maka semakin menyadari bahwa hari esok harus lebih baik dari hari ini. Manusia pada dasarnya makhluk yang paling mulia dan paling cerdas dimuka bumi ini. [1]
Kepemimpinan pada hakikatnya adalah suatu ilmu dan seni, yaitu suatu kemampuan seseorang untuk dapat mempengaruhi seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan. Setiap orang pada hakikatnya adalah sebagai pemimpin, akan tetapi kekuasaan seseorang dalam mempengaruhi orang lain dalam mencapai tujuan antara orang yang satu dengan yang lain tidak sama. Disinilah yang membedakan siapa yang sebenarnya pemimpin dan siapa yang bukan atau tidak pemimpin. Kepemimpinan yang harus dimiliki seseorang pemimpin adalah kepemimpinan dimana seorang pemimpin tidak hanya berbicara akan tetapi juga mampu memberikan teladan bagi yang dipimpinnya. Keteladanan bermakna daripada banyak nasihat.
Setiap orang dalam melakukan tindakan tertentu pasti didorong oleh adanya motif tertentu. Motivasi biasanya timbul karena adanya kebutuhan yang belum terpenuhi, tujuan yang ingin dicapai, atau karena adanya harapan yang diinginkan. Motivasi merupakan kombinasi kekuatan psikologis yang kompleks dalam diri masing-masing orang. Setiap individu mempunyai motivasi sendiri yang mungkin berbeda-beda. [2]
Salah satu tugas menantang seorang manejer adalah menggaransi bahwa tugas atau pekerjaan yang dilimpahkan kepada anggota organisasi dikerjakan sesuai dengan yang diinginkan. Untuk mewujudkan tugas tersebut, para manejer harus mampu mendesain suasana yang dapat memotivasi orang lain. Lazimnya setiap orang yang bekerja dalam suatu organisasi akan terikat oleh “kontrak kerja”, yang mengatur secara rinci apa yang harus dilakukan, berapa lama dalam sehari bekerja, serta berapa besar gaji yang menjadi haknya.
Tetapi di dalam kontrak tersebut tidak pernah disinggung secara eksplisift seberapa keras seorang pegawai harus bekerja, seberapa banyak upaya yang harus dicurahkan dan seberapa positif sikap yang harus ditunjukkan terhadap pekerjaannya. Secara singkat dapat dikatakan tidak pernah disinggung bagaimana motivasi orang tersebut. Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin terpenuhi kebutuhan seseorang dalam organisasi, semakin termotivasi lah ia. [3]
2.             Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari bahasa latin movere yang berarti dorongan atau daya penggerak. Setiap orang dalam suatu aktivitas berbeda satu dengan yang lain tergantung pada kemampuan, kemauan, keinginan, harapan, kebutuhan, tujuan, sasaran, imbalan atau motif dan dorongan. Dorongan dalam diri seseorang menyebabkan mengapa ia berusaha mencapai tujuan yang direncanakan baik secara sadar atau tidak sadar.[4]
Istilah motivasi berasal dari bahasa latin movere yang artinya bergerak. Kemudian diadopsi ke bahasa inggris to move kemudian menjadi motivation dan diadopsi oleh bahasa Indonesia menjadi motivasi. Para pakar telah banyak mengulas mengenai pengertian motivasi dan isi konsep motivasi. [5]
Menurut Hersey dan Blanchard, manusia berbeda satu dengan yang lain, tidak hanya dalam kemampuan melakukan sesuatu tetapi juga berbeda dalam kemauan untuk melakukan sesuatu dan kemauan dan dorongan untuk melakukan sesuatu itu disebut motivasi.
Menurut Hasibuan, motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif, dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan. Sementara Wahjosumidjo mengungkapkan bahwa motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang untuk berperilaku mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Nyoman Sudita yang dimaksud motivasi adalah faktor-faktor yang ada didalam diri seseorang yang menggerakkan, mengarahkan perilakunya untuk memenuhi tugas tertentu. Motivasi itu adalah suatu kebutuhan yang mendorong seseorang untuk berbuat “sesuatu”. Adanya kebutuhan ini menyebabkan orang bertingkah laku tertentu dalam usahanya mencapai suatu tujuan. [6]
Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energy) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri maupun dari luar individu. seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya.
Motiv adalah kondisi seseorang yang mendorong untuk mencari suatu kepuasan atau mencapai suatu tujuan. Atau dengan kata lain, motif adalah daya gerak yang mendorong seseorang berbuat sesuatu. Motivasi berarti kegiatan memberikan dorongan kepada seseorang atau diri sendiri untuk mengambil sutau tindakan yang dikehendaki. Jadi motivasi bermakna membangkitkan motiv, membangkitkan daya gerak, atau menggerakkan seseorang atau diri sendiri untuk berbuat sesuatu untuk mencapai suatu kepuasan atau suatu tujuan. [7]
Definisi yang diberikan oleh Robbins dan Coulter, menunjukkan adanya tiga unsur utama yang membentuk motivasi seseorang. Pertama, unsur upaya (effort) yang akan menunjukkan ukuran intensitas dari dorongan (drive) yang dimiliki seseorang. Kedua, unsur tujuan organisasi atau perusahaan (organizational goals). Dalam hal ini perlu ditekankan bahwa kerja keras yang dilakukan seorang karyawan harus selaras dengan tujuan yang ingin dicapai instansi. Ketiga, unsur kebutuhan (needs), yang menunjukkan keadaan internal seseorang yang mengakibatkan orang tersebut tertarik kepada hasil-hasil tertentu.[8]
Intensitas menjelaskan tentang seberapa keras seseorang berusaha. intensitas tinggi tidak mungkin membawa hasil kinerja memuaskan kecuali kalau usaha disalurkan dalam arah yang menguntungkan organisasi. Karenanya diperlukan kualitas maupun intensitasnya. Usaha yang diarahkan pada, dan konsisten dimensi ketekunan mengukur berapa lama orang dapat menjaga tingkat usahanya.
Dari pendapat-pendapat tersebut diatasa disimpulkan bahwa motivasi merupakan dorongan untuk bertindak terhadap serangkaian proses perilaku manusia dengan mempertimbangkan arah, intensitas, dan ketekunan pada pencapaian tujuan. Sedangkan elemen yang terkandung dalam motivasi meliputi unsur membangkitkan, mengarahkan, menjaga, menunjukkan intensitas, bersifat terus-menerus dan adanya tujuan. [9]
3.             Teori Motivasi
Setiap pimpinan organisasi pasti mendambakan suatu situasi dimana seluruh anggota punya gairah kerja dan produktivitas yang tinggi. Untuk mewujudkan situasi tersebut, berbagai upaya sering telah dilakukan namun dambaan tetap tinggal dambaan, realitas yang ada jauh dari harapan. Teori motivasi yang telah banyak dicetuskan para pakar hakikatnya mengupas tentang mengapa dan bagaimana orang terlibat dalam perilaku kerja tertentu, dan telah berkembang dari waktu ke waktu. [10]
Untuk memahami hubungan antara input, kinerja, dan serta hasil bagaimana perusahaan dapat memotivasi para karyawannya dengan memanipulasi hubungan antara input, kinerja dan hasil diperlukan berbagai teori mengenai motivasi yang dapat menjelaskan hubungan tersebut. Teori-teori motivasi tersebut mencakup :
a.              Teori Kebutuhan
Adalah sesuatu yang sangat diperlukan untuk bertahan hidup atau memertahankan kesejahteraan. Premis mendasar dari teori kebutuhan adalah bahwa seseorang akan termotivasi untuk memperoleh hasil yang akan memuaskan kebutuhannya. Teori kebutuhan menjelaskan bahwa untuk memotivasi seseorang agar bersedia memberikan input terbaik adalah dengan mengidentifikasi kebutuhan apa yang ingin dipuaskan melalui pekerjaan yang ia lakukan dan manejer perusahaan harus memastikan bahwa orang tersebut akan menerima hasil yang dapat memuaskan kebutuhannya pada saat ia menunjukkan keinerja yang tinggi dan membantu pencapaian tujuan perusahaan. [11]
b.             Teori akan Kebutuhan Prestasi
Menurut McClelland menyatakan bahwa motivasi berbeda-berbeda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Karakteristik orang yang berprestasi tinggi memiliki tiga ciri umum yaitu: [12]
1.             Sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat.
2.             Menyukai situasi-situasi dimana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain.
3.             Menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.



c.              Teori Motivator-Higinis Herzberg
Dari hasil penelitian, Herzberg berkesimpulan ada dua faktor yang menentukan motivasi seseorang, yaitu: faktor pendorong motivasi, faktor hygiene.  Faktor pendorong motivasi lazimnya menyangkut sifat kerja itu sendiri dan seberapa menentangnya pekerjaan itu. Oleh sebab itu, pekerjaan yang menarik, ada kewenangan dan tanggung jawab yang penuh itulah yang menjadi motivator para pekerja untuk lebih bersemangat dalam melaksanakan pekerjaannya. Agar dapat memiliki tenaga kerja yang sangat termotivasi dan terpenuhi, Herzberg menyarankan, para manejer harus mengambil langkah-langkah untuk meyakinkan bahan kebutuhan motivator pegawai terpenuhi. Dalam kaitannya dengan ini ada beberapa faktor, diantaranya prestasi, pengakuan, pertumbuhan, kerja itu sendiri, kemajuan, dan tanggung jawab. [13]
d.             Teori Covey (Teori Keseimbangan)
Teori ini terangkum dalam empat kebutuhan, yaitu ruh, jasad, akal, dan emosi. Teori ini menegaskan betapa pentingnya menciptakan keseimbangan dalam memenuhi empat macam kebutuhan itu dengan semboyan “aku harus hidup, mencintai, belajar, dan meninggalkan pengaruh yang baik”. Kunci dasar untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini adalah keseimbangan, reaksi, dan memberikan hak kepada pemilikinya.
Covey juga menegaskan bahwa manusia memiliki empat potensi, yaitu memahami jiwa atau kekuatan pribadi, hati yang hidup atau kekuatan iman, kebebasan mengatur atau kekuatan respons, dan khayalan yang inovatif atau kekuatan akal. Covey mengatakan bahwa keseimbangan yang dikehendaki tidak hanya terbatas pada empat macam kebutuhan, tetapi juga antara empat potensi manusia. Cara memberikan motivasi di institusi mana saja, baik khusus maupun umum, harus memperhatikan keseimbangan yang dikehendaki ini sehingga dapat meningkatkan performa kerja dan hasil produksi.[14]
e.              Teori Keadilan
Teori ini terletak pada pandangan bahwa manusia terdorong untuk menghilangkan kesenjangan antara usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi dengan imbalan yang diterima. Artinya, apabila seorang pegawai mempunyai persepsi bahwa imbalan yang diterimanya tidak memadai, dua kemungkinan dapat terjadi, yaitu:
1.             Seorang akan berusaha memperoleh imbalan yang lebih besar.
2.             Mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
Dalam menumbuhkan persepsi tertentu, seorang pegawai biasanya menggunakan empat hal sebagai pembanding, yaitu:
a.              Harapannya tentang jumlah imbalan yang dianggapnya layak diterima berdasarkan kualifikasi pribadi, seperti pendidikan, keterampilan, sifat pekerjaan dan pengalamanya.
b.             Imbalan yang diterima oleh orang lain dalam organisasi yang kualifikasi dan sifat pekerjaannya relative sama dengan yang bersangkutan sendiri.
c.              Imbalan yang diterima oleh pegawai lain di organisasi lain dikawasan yang sama serta melakukan kegiatan sejenis.
d.             Peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai jumlah dan jenis imbalan yang merupakan hak para pegawai.
Pemeliharaan hubungan dengan pegawai dalam kaitan ini berarti bahwa para pejabat dan petugas dibagian kepegawaian harus selalu waspada jangan sampai persepsi ketidakadilan timbul, apalagi meluas di kalangan para pegawai. Apabila sampai terjadi maka akan timbul berbagai dampak negative bagi organisasi, seperti ketidakpuasan, tingkat kemangkiran yang tinggi, sering terjadinya kecelakaan dalam penyelesaian tugas, seringnya para pegawai berbuat kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan masing-masing, pemogokan atau bahkan perpindahan pegawai ke organisasi lain. [15]
f.              Teori Penetapan Tujuan
Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme motivasional yakni, tujuan-tujuan mengarahkan perhatian, tujuan-tujuan mengatur upaya, tujuan-tujuan meningkatkan persistensi, tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan.

g.             Teori Victor H. Vroom (Teori Harapan)
Untuk memahami teori motivasi harapan ada tiga hal yang perlu dipahami terlebih dahulu:[16]
1.             Harapan. Yaitu persepsi individu mengenai kemungkinan bahwa suatu upaya akan mengarah kepada pencapaian hasil tugas atau kinerja.
2.             Instrumentalitas. Yaitu persepsi kemungkinan bahwa kinerja akan menghasilkan penerimaan imbalan-imbalan seperti gaji dan pengakuan.
3.             Valensi. Yaitu nilai subjektif atau sesuatu yang diharapkan yang ditempatkan orang atas pencapaian imbalan tertentu.
Dinyatakan bahwa dengan cara yang sederhana, teori harapan berkata bahwa jika seseorang menginginkan sesuatu dengan harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar, yang bersangkutan akan sangat terdorong memperoleh hal yang diinginkannya itu. Sebaliknya jika harapan memperoleh hal yang diinginkannya itu tipis, motivasinya untuk berupaya akan menjadi rendah.
h.             Teori Penguatan
Bahwa perilaku adalah fungsi dari konsekuensi yang positif dan menghindari konsekuensi yang tidak menyenangkan. Ada tiga jenis penguatan yang dapat dipergunakan manajer untuk memodifikasi motivasi anak buah yaitu sebagai berikut:
1.             Penguatan Positif, yaitu memberikan penghargaan plus kenaikan imbalan atas prestasi bagus karyawan.
2.             Penguatan Negatif atau penghindaran, yaitu mencegah, menghilangkan akibat yang tidak menyenangkan.
3.             Hukuman, menghindari pengulangan perilaku yang tidak diinginkan.
Dan perilaku yang tidak diberi imbalan, atau yang kena hukuman, berkurang kemungkianannya untuk diulangi. Manfaat yang dapat diambil dari teori ini adalah para manejer dapat mempengaruhi perilaku anggota organisasi yang dipimpinnya dengan memperkuat tindakan-tindakan yang mereka anggap menguntungkan. [17]
4.             Model Motivasi
Model-model motivasi yang saat ini digunakan adalah sebagai berikut:[18]
a.              Model Goal Setting. Dalam model ini, seseorang akan memiliki motivasi yang besar saat tujuan yang ingin dicapai dalam suatu pekerjaan sudah jelas.
b.             Self Efficacy. Menjelaskan bahwa seseorang memiliki keyakinan akan kemampuannya dalam menjalankan dan menyelesaikan tugas.
c.              Reinforcement Model. Model ini menekankan adanya dorongan dari luar berupa motivasi yang bersifat positif, negative, dan hukuman.
d.             Equity Model. Seseorang akan membandingkan input (gaji atau upah) yang diterima dengan output (hasil kerja yang telah dilakukannya). Jika tidak seimbang, maka seseorang akan menurunkan motivasi kerjanya.
e.              Expextancy Model. Kekuatan seseorang untuk bekerja tergantung dari ekspektasi serta respek atau perhatian dari orang lain. Semakin kuat ekpektasi orang lain, maka dia akan termotivasi untuk bekerja.
f.              Job Characteristics Model. Dalam model ini, setiap pegawai akan merasa termotivasi bekerja jika mereka mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya. Sehingga pemimpin perlu menyesuaikan pekerjaan sesuai dengan kompetensi mereka.
Model kognitif mendominasi pemikiran tentang motivasi. Orang-orang memiliki kebutuhan-kebutuhan intern dan menyadari hal itu. Para pemimpin memotivasi orang-orang dengan menciptakan situasi kerja yang memenuhi kebutuhan batin mereka dan pada saat yang sama mencapai tujuan organisasi. Keseluruhan model itu memiliki kesamaan dalam hal bahwa semuanya mengakui kebutuhan manusia, tetapi masing-masing memiliki pendekatan, penafsiran, dan penekanan sendiri.
Model kognitif tampaknya akan terus mendominasi praktek organisasi untuk beberapa lama, seperti yang ditunjukkan oleh adanya perhatian terhadap model atribusi. Model kognitif paling sesuai dengan pandangan suportik dan holistic kita tentang orang-orang. Akan tetapi, modifikasi perilaku juga bermanfaat, khususnya dalam situasi yang stabil dengan kerumitan minimum, dimana ada tampak adanya kaitan langsung antara perilaku dan kosekuensinya. Dalam situasi yang lebih rumit dan dinamis, model kognitif akan lebih sering diterapkan. Dengan kata lain, model motivasi yang diterapkan harus disesuaikan dengan situasi yang dihadapi. [19]
Model Motivasi:[20]
a.              Model Tradisional. Mengemukakan bahwa untuk memotivasi bawahan agar gairah bekerjanya meningkat dilakukan dengan sistem insentif yaitu memberikan insentif material kepada karyawan yang berprestasi baik.
b.             Model Hubungan Manusia. Mengemukakan bahwa untuk memotivasi bawahan supaya gairah bekerjanya meningkat, dilakukan dengan mengakui kebutuhan sosial mereka dan membuat mereka merasa berguna serta penting.
c.              Model Sumber Daya Manusia. Mengemukakan bahwa karyawan dimotivasi oleh banyak faktor, bukan hanya uang atau barang atau keinginan akan kepuasan saja, tetapi juga kebutuhan akan pencapaian dan pekerjaan yang berarti.

5.             Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Banyak pakar yang telah menulis tentang berbagai faktor yang mempengaruhi motivasi seseorang yang masing-masing mempunyai aksentuasi tersendiri, tetapi bila dipilah faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut: [21]
1)             Karakteristik Individu
a)      Minat.
b)      Sikap terhadap diri sendiri, pekerjaan, dan situasi pekerjaan.
c)      Kebutuhan Individual.
d)     Kemampuan atau kompetensi.
e)      Pengetahuan tentang pekerjaan.
f)       Emosi, suasana hati, perasaan keyakinan dan nilai-nilai.
Pada umumnya karakteristik individu ini mempengaruhi bagaimana orang menilai apa yang diperolehnya dari bermacam-macam faktor dalam pekerjaan yang diuraikan dibawah ini. Bila faktor-faktor dalam pekerjaan cocok dengan karakteristik individu, orang cenderung termotivasi menjalankan tugasnya.
2)             Faktor-faktor Pekerjaan
a.       Faktor Lingkungan Pekerjaan
(1)   Gaji dan benefit yang diterima.
(2)   Kebijakan-kebijakan perusahaan.
(3)   Supervisi.
(4)   Hubungan antar manusia.
(5)   Kondisi pekerjaan seperti jam kerja, lingkungan fisik dan sebagainya.
(6)   Budaya Organisasi.
b.      Faktor dalam Pekerjaan
(1)   Sifat pekerjaan.
(2)   Rancangan tugas atau pekerjaan.
(3)   Pemberian pengakuan terhadap prestasi.
(4)   Tingkat atau besarnya tanggung jawab yang diberikan.
(5)   Adanya perkembangan dan kemajuan dalam pekerjaan.
(6)   Adanya kepuasan dari pekerjaan.
Motivasi dapat berasal dari sumber-sumber  yang bersifat intrinsic maupun ekstrinsik. Perilaku yang dimotivasi secara instrinsik merupakan perilaku yang sumber motivasinya berasal dari kepuasan melakukan pekerjaan itu sendiri. Perilaku yang dimotivasi secara ekstrinsik merupakan perilaku yang ditunjukkan oleh seseorang dengan tujuan memperoleh imbalan material, imbalan sosial, atau untuk menghindari hukuman. [22]

6.             Metode-metode Motivasi
Beberapa pendekatan mengenai motivasi yaitu pendekatan tradisional, pendekatan relasi manusia, dan pendekatan sumber daya manusia. Pendekatan yang baik adalah pendekatan Sumber Daya Manusia sangat besar bagi upaya menciptakan tujuan organisasi dalam mencapai kesuksesan.[23] Metode-metode motivasi adalah:[24]
a.              Metode Langsung. Adalah motivasi yang diberikan secara langsung kepada setiap individu karyawan untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasannya. Jadi sifatnya khusus seperti memberikan pujian, penghargaan, bonus, piagam, dan lain sebagainya.
b.             Motivasi Tidak Langsung. Adalah motivasi yang diberikan hanya merupakan fasilitas-fasilitas yang mendukung serta menunjang gairah kerja atau kelancaran tugas, sehingga para karyawan betah dan bersemangat melakukan pekerjaannya.
Proses memotivasi pada dasarnya adalah bagaimana perusahaan mendorong agar para karyawan mau memberikan input yang mereka miliki agar tujuan perusahaan tercapai. Untuk mendorong karyawan, perusahaan menghubungkan input yang diberikan dengan hasil yang diharapkan oleh para karyawan melalui kinerja yang mereka tunjukan.
7.             Teknik Motivasi
Teknik motivasi yang dapat dipakai oleh pemimpin menurut Verma dapa dinilai sebagai berikut:[25]
a.              Manifest, artinya “Nyatakan ruang lingkup tugas yang harus dijalankan pada saat pendelegasian”.
b.             Open, artinya bangkitakan percaya diri ketika pendelegasian tugas.
c.              Tolerance, artinya toleransi terhadap kegagalan mau dan boleh belajar dari kesalahan     karena pengalaman adalah guru yang berharga yang terbaik.
d.             Involve, artinya semua pihak terkait dalam pekerjaan, meningkatkan rasa diterima dan komitmen.
e.              Value, artinya nilai yang diharapkan dan diakui dalam kinerja yang baik.
f.              Align, menyeimbangkan sasaran pekerjaan.
g.             Trust, Kejujuran setiap anggota tim kita dalam memotivasi.
h.             Empower, memberdayakan setiap anggota tim sewajarnya khususnya dalam pengambilan keputusan.
8.             Asas-asas Motivasi
Asas-asas motivasi yang dimaksud ialah sebagai berikut:[26]
a.              Asas mengikutsertakan, artinya mengajak bawahan untuk ikut berpartisipasi dan memberikan kesempatan kepada mereka mengajukan pendapat, rekomendasi dalam proses pengambilan keputusan.
b.             Asas komunikasi, artinya menginformasikan secara jelas tentang tujuan yang ingin dicapai, cara-cara mengerjakannya, dan kendala-kendala yang dihadapi.
c.              Asas pengakuan, artinya memberikan penghargaan, pujian dan pengakuan yang tepat serta wajar kepada bawahan atas prestasi kerja yang dicapainya.
d.             Asas wewenang yang didelegasikan, artinya memberikan kewenangan dan kepercayaan diri kepada bawahan, bahwa dengan kemampuan dan kreativitasnya ia mampu mengerjakan tugas-tugas itu dengan baik.
e.              Asas adil dan layak, artinya alat dan jenis motivasi yang diberikan harus berdasarkan atas “asas keadilan dan kelayakan” terhadap semua karyawan.
f.              Asas perhatian timbal-balik, artinya bawahan yang berhasil mencapai tujuan dengan baik maka pimpinan harus bersedia memberikan alat dan jenis motivasi.


BAB III
PENUTUP

A.           Kesimpulan
            Kepemimpinan dan motivasi merupakan dua hal yang berbeda, meski memiliki tautan dalam konteks kerja dan interaksi antar manusia organisasional. Kepemimpinan adalah faktor manusiawi yang mengikat suatu kelompok bersama dan memberinya motivasi menuju tujuan-tujuan tertentu, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
            Motivasi adalah perpaduan antara keinginan dan energy untuk mencapai tujuan tertentu. Memengaruhi motivasi seseorang berarti membuat orang tersebut melakukan apa yang kita inginkan. Karena fungsi utama dari kepemimpinan adalah untuk memimpin, maka kemampuan untuk memengaruhi orang adalah hal yang penting.
            Rahasia utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan dari kekuasaannya, tapi dari kekuatan pribadinya. Seorang pemimpin sejati selalu bekerja keras memperbaiki dirinya sebelum sibuk memperbaiki orang lain. Pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal.


[1] Prof. Dr. Veithzal Rivai, M.B.A, Kiat memimpin dalam abad ke-21, 2004, Jakarta, Raja Grafindo Persada, hlm. 236-237.
[2] Prof. Dr. Wibowo, S.E., M.Phil, Perilaku dalam Organisasi, 2014, Jakarta, Raja Grafindo, hlm. 109.
[3] Komang Ardana, Ni Wayan Mujiati, Anak Agung Ayu Sriathi, Perilaku Keorganisasian, 2009, Yogyakarta, Graha Ilmu, hlm. 29-30.
[4] Dr. H. Syamsul Arifin, M. Pd, Leadership Ilmu dan Seni Kepemimpinan, 2012, Jakarta, Mitra Wacana Media, hlm. 145-146.
[5] Dr. Wirawan, MSL., Sp.A., M.M., M.Si., Kepemimpinan: Teori, Psikolog, Perilaku Organisasi, Aplikasi dan Penelitian, 2013, Jakarta, Raja Grafindo Persada, hlm. 675.
[6] Komang Ardana, Ni Wayan Mujiati, Anak Agung Ayu Sriathi, Perilaku Keorganisasian, 2009, Yogyakarta, Graha Ilmu, hlm. 30.
[7] Abdullah Masmuh, Komunikasi Organisasi dalam prespektif Teori dan Praktek, 2010, Malang, UMM Press, hlm. 227.
[8] Ismlail Solihin, Pengantar Manajemen, 2009, Jakarta, Gelora Aksara Pratama, hlm. 152-153.
[9] Prof. Dr. Wibowo, S.E., M.Phil, Perilaku dalam Organisasi, 2014, Jakarta, Raja Grafindo, hlm. 110-111.
[10] Komang Ardana, Ni Wayan Mujiati, Anak Agung Ayu Sriathi, Perilaku Keorganisasian, 2009, Yogyakarta, Graha Ilmu, hlm. 32.
[11] Ismlail Solihin, Pengantar Manajemen, 2009, Jakarta, Gelora Aksara Pratama, hlm. 156-157.
[12] Dr. H. Syamsul Arifin, M. Pd, Leadership Ilmu dan Seni Kepemimpinan, 2012, Jakarta, Mitra Wacana Media, hlm. 148-149.
[13] Abdullah Masmuh, Komunikasi Organisasi dalam prespektif Teori dan Praktek, 2010, Malang, UMM Pers, hlm. 232.
[14] Dr. Thariq Muhammad as-Suwaidan, Ir. Faisal Umar Basyarahil, Melahirkan Pemimpin Masa Depan, 2005, Jakarta, Gema Insani, hlm. 76.
[15] Dr. H. Syamsul Arifin, M. Pd, Leadership Ilmu dan Seni Kepemimpinan, 2012, Jakarta, Mitra Wacana Media, hlm. 150-151.
[16] Dr. Wirawan, MSL., Sp.A., M.M., M.Si., Kepemimpinan: Teori, Psikolog, Perilaku Organisasi, Aplikasi dan Penelitian, 2013, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 688-689.
[17] Komang Ardana, Ni Wayan Mujiati, Anak Agung Ayu Sriathi, Perilaku Keorganisasian, 2009, Yogyakarta, Graha Ilmu, hlm. 37
[18]  Dr. H. Syamsul Arifin, M. Pd, Leadership Ilmu dan Seni Kepemimpinan, 2012, Jakarta, Mitra Wacana Media, hlm. 159-160.
[19] Keith Davis, Ph.D., Jhon W. Newstrom, Ph.D., Perilaku dalam Organisasi, 1985, Jakarta, Gelora Aksara Pratama, hlm. 99.
[20] Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah, 2014, Jakarta, Bumi Aksara, hlm. 222-223.
[21] Komang Ardana, Ni Wayan Mujiati, Anak Agung Ayu Sriathi, Perilaku Keorganisasian, 2009, Yogyakarta, Graha Ilmu, hlm. 31-32.
[22] Ismlail Solihin, Pengantar Manajemen, 2009, Jakarta, Gelora Aksara Pratama, hlm. 153-154.
[23] Dr. H. Syamsul Arifin, M. Pd, Leadership Ilmu dan Seni Kepemimpinan, 2012, Jakarta, Mitra Wacana Media, hlm. 155-157.
[24] Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah, 2014, Jakarta, Bumi Aksara, hlm. 222.
[25] Dr. H. Syamsul Arifin, M. Pd, Leadership Ilmu dan Seni Kepemimpinan, 2012, Jakarta, Mitra Wacana Media, hlm. 161.
[26] Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah, 2014, Jakarta, Bumi Aksara, hlm. 221.




DAFTAR PUSTAKA

Ardana, Komang; Mujiati, Ni Wayan; Ayu Sriathi, Anak Agung. Perilaku Keorganisasian.
                        2009. Yogyakarta. Edisi ke-2. Graha Ilmu. xii=208 hlm, 1 jil. : 23 cm.
Arifin, Syamsul. Leadership Ilmu dan Seni Kepemimpinan. 2012. Jakarta. Mitra Wacana
Media. 1 jil, 17 x 24 cm. 209 hal.
Davis, Keith. Jhon W. Newstrom. Perilaku dalam Organisasi. 1985. Gelora Aksara Pratama.
Hasibuan, Malayu. Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah. 2014. Jakarta. Bumi
Aksara.
Masmuh,Abdullah. Komunikasi Organisasi dalam prespektif Teori dan Praktek. 2010.
Malang. Cet. 2. xvii, 322 hlm, Tab, 15 cm.
Muhammad, as-Suwaidan Thariq, Faisal. Melahirkan Pemimpin Masa Depan. 2005. Jakarta.
Gema Insani Press.
Rivai,Veithzal. Kiat Memimpin dalam Abad ke-21. 2004. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.
Solihin,Ismail. Pengatar Manajemen. 2009. Jakarta. Gelora Aksara Pratama. Erlangga.
Wibowo. Perilaku dalam Organisasi. 2014. Jakarta. Raja Grafindo Persada.
Wirawan. Kepemimpinan: Teori, Psikologi, Perilaku Organisasi, Aplikasi dan Penelitian.
2013. Jakarta. Raja Grafindo Persada.



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar