Tugas Mandiri DosenPembimbing KEPEMIMPINAN Dr.
Abdul Rozak
KEPEMIMPINAN
UIN SUSKA RIAU
DISUSUN OLEH:
MELDAWATI
11375202252
JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2015
1.
Pengantar
Tata tertib dan keteraturan itu sama dengan kebutuhan
akan makanan dan perlindungan yang sangat diperlukan oleh manusia. Bahkan
binatang,mislanya kawanan ikan,segerombolan burung dan sekumpulan gajah di
hutan rimba,secara tipis mempertahankan kehidupannya secara bergerombolan atau
kooperatif dan mengikuti pola tatatertib yang pasti,walaupun semuanya
beralngsung atas dasar instinknya. Tanpa pola tatatertib dan kooperatif mereka
tidak akan mampu bertahan hidup,dan tidak mampu memepertahankan keberadaannya.
Dalam kompleksan masyarakat sedemikian manusia harus
hidup bersama-sama dan bekerja sama dalam suasana yang tertib dan terbimbing
oleh pemimpin,dan tidak bisa hidup menyendiri. Maka demi efesiensi kerja dalam
upaya mencapai tujuan bersama,dan untuk mempertahankan hidup bersama,diperlukan
bentuk kerja kooperatif. Dan semua kegiatan kooperatif dan karya budaya
(aktivitas membuat budaya) itu perlu diatur, dan perlu dipimpin.
Kegiatan manusia secara bersama-sama selalu
membutuhkan kepemimpinan. Jadi harus ada pemimpin demi sukses dan efesiensi
kerja. Untuk bermacam-macam usaha dan kegiatan manusia yang jutaan banyaknya
ini diperlukan uapaya yang terencana dan sistematis untuk melatih dan
mepersiapkan pemimpin-pemimpin baru. Oleh karena itu banyak studi dan penelitian
dilakukan orang untuk mempelajari masalah pemimpin dan kepemimpinan. Dan
parasarjana telah memberikan pelbagai defenisi mengenai pemimpin dan
kepemimpinan,dengan menonjolkan satu atau beberapa aspek tertentu sesuai dengan
ide pencetus defenisi tersebut,beserta interprestasinya.
Dahulu banyak orang berpendirian,bahwa kepemimpinan
itu tidak dapat dipelajari. Sebab kepemimpinan adalah suatu bakat yang
diperoleh orang sebagai kemampuan istimewa yang dibawa sejak lahir. Jadi,orang
menyatakan bahwa memang tidak ada dan tidak diperlukan teori dan ilmu
kepemimpinan. Suksesnya kepemimpinan itu disebabkan oleh keberuntungan seorang
pemimpin yang memiliki bakat alam yang luar biasa,sehingga dia memiliki
kharisma dan kewibawaan untuk memimpin masa yang ada disekitarnya.
Tegasnya,pemimpin yang sukses itu menjalankan
kepemimpinannya tanpa teori,tanpa menjalani pelatihan dan pendidikan
sebelumnya. Kepemimpinannya adalah jenis kepemimpinan yang tidak ilmiah. Dia
melakukan kepemimpinannya karena dia memiliki bakat bisa menguasai seni
memimpin (seni kepemimpinan) yang khas menjadi miliknya sendiri.
Kepemimpinan tidak lagi didasarkan pada bakat dan
pengalaman saja,tetapi pada penyiapan secara berencana,melatih calon-calon
pemimpin. Semuanya dilakukan lewat perencanaan,penyelidikan,percobaan/eksperimen,analisis,supervise
dan pengemblengan secara sistematis untuk membangkitkan sifat-sifat pemimpin
yang unggul,agar mereka berhasil dalam tugas-tugasnya.
2.
Teori Kepemimpinan
Kepemimpinan[1]
merupakan cabang dari kelompok ilmu administrasi,khususnya ilmu administrasi
negara. Dalam kepemimpinan ini terdapat hubungan antarmanusia yaitu hubungan
mempengaruhi (dari pemimpin) dan hubungan kepatuhan-ketaatan para pengikut atau
bawahan karena dipengaruhi oleh kewibawaan pemimpin. Para pengikut terkena
pengaruh kekuatan dari pemimpinnya dan bangkitlah secara spontan rasa ketaatan
pada pemimpin.
Leadership berasal dari bahasa inggris. Terjemahan dari kata leadership yang paling sesuai dalam
bahasa Indonesia adalah “kepemimpinan”. Leadership
memiliki arti luas,yaitu meliputi ilmu tentang kepemimpinan,seni
memimpin,ciri kepemimpinan,serta sejarah kepemimpinan.
Leadership[2]
memiliki kata dasar “leader”,yang berarti pemimpin. Kata
pemimpin sendiri di dalam bahasa Indonesia memiliki banyak arti,misalnya
pimpinan,ketua atau komandan. Namun,dalam arti yang lebih dalam pemimpin yang
dimaksudkan didalam leadership harus diartikan sebagai seseorang yang memimpin
sebuah organisasi atau institusi dan terlibat didalam nya.
Istilah[3]
kepemimpinan berasal dari kata dasar “pimpin” yang artinya bimbing atau tuntun.
Dari kata pimpin lahirlah kata kerja “memimpin” yang artinya membimbing atau
menuntun dan kata benda “pemimpin” yaitu orang yang berfungsi memimpin,atau
orang yang membimbing atau menuntun.
Istilah kepemimpinan (leadership) sesungguhnya telah lama menjadi perhatian dan
pembincangan oleh banyak ilmuwan dan praktisi. Bahkan ada yang
berpendapat,masalah kepemimpinan itu sama tuanya dengan sejarah manusia.,karena
adanya suatu keterbatasan dan kelebihan-kelebihan tertentu pada manusia.
Kepemimpinan acapkali diasosiasikan dengan orang-orang yang dinamis dan kuat
yang memimpin bala tentara,mengendalikan perusahaan besar,atau menentukan arah
suatu bangsa dan masyarakat.
Ada banyak definisi tentang kepemimpinan. Tetapi bagi
kita,secara mendasar leadership
berarti mempengaruhi orang. Ini merupakan defenisi yang luas dan termasuk di
dalamnya bermacam-macam perilaku yang diperlukan untuk mempengaruhi orang lain.
Sebagian besar prespektif leadership
memandang pemimpin sebagai sumber pengaruh. Pemimpin dalam memimpin pada
dasarnya mempengaruhi dan para pengikut mengikuti sebagai pihak yang
dipengaruhi.
Secara etimologi[4]
kepemimpinan dapat diartikan sebagai berikut:
1)
Berasal dari
kata dasar “pimpin” (dalam bahasa inggris “lead”) berarti bimbing atau
tuntun,dengan begitu didalamnya ada dua pihak yaitu yang umat dan imam.
2)
Setelah ditambah
awalan “pe-“menjadi (dalam bahasa inggris “leader”) berarti orang yang
mempengaruhi pihak lain melalui proses kewibawaan komunikasi sehingga orang
lain tersebut bertindak sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
3)
Apabila ditambah
akhiran “-an” menjadi “pimpinan” artinya orang yang mengepalai. Antara pemimpin
dengan pimpinan dapat dibedakan,yaitu pimpinan (kepala) cenderung lebih
otokratis,sedangkan pemimpin (ketua) cenderung lebih demokratis.
4)
Setelah
dilengkapi dengan awalan “ke-“ menjadi “kepemimpinan” (dalam bahasa inggris
“leadership”) berarti kemampuan dan kepribadian seseorang dalam mempengaruhi serta
membujuk pihak lain agar melakukan tindakan pencapaian tujuan bersama,sehingga
dengan demikian yang bersangkutan menjadi awal struktur dan pusat proses
kelompok.
Kepemimpinan merupakan kualitas hubungan atau
interaksi antara si pemimpin dan pengikut dalam situasi tertentu. J. Salusu[5]
mendefinisikan kepemimpinan sebagai kekuatan dalam memengaruhi orang lain agar
ikut serta dalam mencapai tujuan umum.
Menurut Owens[6]
mendefinisikan kepemimpinan ialah kepemimpinan sebagai suatu interaksi antara
satu pihak sebagai yang memimpin dengan pihak yang di pimpin. Miftah Thohah[7]
mendefinisikan kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang
lain, atau seni mempengaruhi perilaku manusia baik perorangan maupun kelompok.
Menurut para ahli G.L. Freeman & E.K.Taylor[8] “Leadership is the ability to create group
action to ward an organizational objective with maximum effectiveness and
cooperation from each individual.” (Kepemimpinan adalah kemampuan untuk
menciptakan kegiatan kelompok mencapai tujuan organisasi dengan efektivitas
maksimum dan kerjasama dari tiap-tiap individu).
Beberapa definisi dapat disebutkan dibawah ini:
1.
Pemimpin adalah
seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan disatu bidang,sehingga
dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu,demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.
Jadi,pemimpin ialah seorang yang memiliki satu atau beberapa kelebihan sebagai
predisposisi (bakat yang dibawa sejak lahir),dan merupakan kebutuhan dari satu
situasi/zaman,sehingga dia mempunyai kekuasaan dan kewibawaan untuk mengarahkan
dan membimbing bawahan.
2.
Henry Pratt
Fairchild menyatakan pemimpin adalah seseorang yang memimpin dengan jalan
memprakarsai tingkah laku sosial dengan mengatur,mengarahkan, mengorganisir
atau mengontrol usaha/upaya orang lain, atau menguasi prestise, kekuasaan atau
posisi.
3.
Pemimpin adalah
pribadi yang memiliki kecakapan khusus,dengan atau tanpa pengangkatan resmi
dapat mempengaruhi kelompok yang di pimpinnya,untuk melakukan usaha bersama
mengarah pada pencapaian sasaran-sasaran tertentu.
Namun,dalam kehidupan sehari-hari dan dalam banyak
literatur muncul istilah yang serupa yang acapkali digunakan silih berganti
seakan-akan tidak ada bedanya satu dengan yang lai,yaitu “pimpinan”,
“kepimpinan” dan “kepemimpinan”. Hal inilah yang mungkin dapat mengacaukan
dalam pemikiran yang beriplikasi pada tindakan dan perilaku seseorang dan
masyarakat,karena istilah-istilah tersebut memiliki makna sendiri-sendiri.
Beberapa pakar telah memberikan definisi yang berbeda
tentang kepemimpinan,antara lain ialah sebagai berikut[9]:
1.
Menurut C.N.Cooley
(1902)
The leader is always the nucleus or tendency,and on
the orther hand,all social movement,closely axaminend will be found to concist
of tendencies having such nucleus. Maksudnya
pemimpin itu selalu merupakan titik pusat dari suatu kecenderungan,dan pada
kesempatan lain semua gerakan sosial kalau diamati secara cermat akan ditemukan
kecenderungan yang memiliki titik pusat.
2.
Menurut G.U.
Cleeton dan C.W. Mason (1934)
Leadership indicates the ability to influence men and
secuire results through emotional appeals rather than through the exercise of
authority. Maksudnya kepemimpinan
menunjukkan kemampuan mempengaruhi orang-orang dan mencapai hasil melalui
himabuan emosional dan ini lebih baik dibandingkan dengan melalui penggunaan
kekuasaan.
3.
Menurut P.Pigors
(1935)
Leadership is a process of mutual stimulation which by
the succesfull interplay of individual differences, controls human energy in
the pursuit of common cause. Maksudnya
kepemimpinan adalah suatu proses saling mendorong melalui keberhasilan
interaksi dari perbedaan-perbedaan individu,mengontrol daya manusia dalam
mengejar tujuan bersama.
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi
(membujuk) orang-orang lainuntuk mencapai tujuan dengan antusias. Ini merupakan
faktor manusiawi yang mengikat sebagai suatu kelompok bersama dan memotivasi
mereka dalam pencapaian tujuan. Kepemimpinan sangat diperlukan bila suatu
organisasi ingin sukses. Terlebih lagi pekerja-pekerja yang baik selalu ingin
tahu bagaimana mereka dapat menyumbang dalam pencapaian tujuan organisasi,dan
paling tidak,gairah para pekerja memerlukan kepemimpinan sebagai dasar motivasi
eksternal untuk menjaga tujuan-tujuan mereka tetap harmonis dengan tujuan
organisasi.
Kepemimpinan dan organisasi merupakan dua konsep yang
tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lainnya,ibarat mata uang yang
memiliki dua sisi. Artinya kepemimpinan tanpa organisasi maka aktulisasi diri
tidak bisa terekspresikan secara maksimal. Bahkan kemampuan manejerial individu
dalam menggerakkan orang-orang untuk melakukan aktivitas kelompok tidaklah
Nampak. Sebaliknya organisasi tanpa ada kepemimpinan maka kegiatan kelompok
tidak terarah dan pencapaian tujuan tidak menjadi lebih mudah dan efektif.
Itulah sebabnya, kepemimpinan merupakan syarat bagi berlangsungnya kehidupan
kelompok atau organisasi yang sehat,sesuai dengan tujuan pembentukan kelompok
atau organisasi.
Kepemimpinan adalah masalah relasi dan pengaruh antara
pemimpin dan yang dipimpin. Kepemimpinan tersebut muncul dan berkembang sebagai
hasil dari interaksi otomatis di antara pemimpin dan individu-individu yang
dipimpin (ada relasi interpersonal). Kepemimpinan terdapat di segenap
organisasi,dari tingkat yang paling kecil dan intim yaitu keluarga,sampai
ketingkat desa,kota,negara,dari tingkat lokal,regional sampai nasional dan
internasional,dimanapun dan kapanpun juga.
Pada dasarnya kepemimpinan mengacu pada suatu proses
untuk menggerakkan sekelompok orang menuju ke suatu tujuan yang telah
ditetapkan atau disepakati bersama dengan mendorong atau memotivasi mereka
untuk bertindak dengan cara yang tidak memaksa. Dengan kemampuannya seorang
pemimpin yang baik mampu menggerakkan orang-orang menuju tujuan jangka panjang
dan betul-betul merupakan upaya memenuhi kepentingan mereka yang terbaik.
Kepemimpinan[10]
dapat dikatakan sebagai peranan dan juga suatu proses untuk mempengaruhi orang
lain. Pemimpin adalah anggota dari sutau perkumpulan yang diberi kedudukan
tertentu dan diharapkan dapat bertindak sesuai dengan kedudukannya. Seorang
pemimpin adalah juga seseorang dalam suatu perkumpulan yang diharapkan dapat
menggunakan pengaruhnya untuk mewujudkan dan mencapai tujuan kelompok. Sehingga
dapatlah dikatakan bahwa seorang pemimpin yang jujur ialah seorang yang
memimpin dan bukan seorang yang menggunakan kedudukan untuk memimpin.
Pada dasarnya fenomena kepemimpinan:
1.
Suatu kekuatan
yang mengalir secara otomatis dan mungkin tidak disadari dan dengan cara yang
mungkin juga tidak diketahui dan dirasakan antara pemimpin dengan
pengikutnya,yang memberikan dorongan kepada para pengikutnya supaya mau
mengerahkan tenaganya secara teratur menuju sasaran yang disepakati bersama.
Upaya yang dilakukan menuju sasaran dan berhasil pencapaiannya akan memberikan
kepuasan bagi pemimpin dan pengikutnya.
2.
Akan mewarnai
serta diwarnai atau dipengaruhi oleh media,lingkungan,dan iklim organisasi.
Pada dasarnya kepemimpinan tidak bekerja dan berada dalam ruangan yang
hampa,tetapi ia berada dalam suasana yang diciptakan dan tercipta oleh berbagai
unsur.
3.
Senantiasa
bergerak,dinamis, aktif, agresif serta sewaktu-waktu bisa saja berubah-ubah
derajatnya, intensitasnya dan keleluasannya, bersifat dinamis atau tiada henti
berkarya, bergerak, berinisiatif dan berpikir.
4.
Pada hakikatnya
bekerja menurut prinsip, alat, dan metode yang pasti dan tetap.
Selain itu kepemimpinan juga adalah kemampuan untuk
menjalankan pekerjaan melalui orang lain dengan mendapatkan kepercayaan dan
kerja sama. Ha,pir semua aspek pekerjaan dipengaruhi dan tergantung pada
kepemimpinan. Kepemimpinan memiliki tiga faktor keterbatasan yaitu:
1.
Pengetahuan dan
keterampilannya.
2.
Keterampilan
bawahannya.
3.
Lingkungan
kerja.
Teori kepemimpinan[11]
adalah:penggeneralisasian satu seri perilaku pemimpin dan konsep-konsep
kepemimpinannya,dengan menonjolkan latar belakang historis,sebab-musabab
timbulnya kepemimpinan,persyaratan menjadi pemimpin,sifat-sifat utama
pemimpin,tugas pokok dan fungsinya,serta etika profesi kepemimpinan.
Ralph M. Stogdill (1974) menghimpun sebelas kelompok
dari keseluruhan definisi tentang kepemimpinan,yaitu sebagai berikut[12]:
1.
Kepemimpinan
sebagai pusat proses kelompok.
2.
Kepemimpinan
sebagai kepribadian yang berakibat.
3.
Kepemimpinan
sebagai seni menciptakan kesepakatan.
4.
Kepemimpinan
sebagai kemampuan mempengaruhi.
5.
Kepemimpinan
sebagai tindakan perilaku.
6.
Kepemimpinan
sebagai suatu bentuk bujukan.
7.
Kepemimpinan
sebagai suatu hubungan kekuasaan.
8.
Kepemimpinan
sebagai sarana pencapaian tujuan.
9.
Kepemimpinan
sebagai hasil interaksi.
10.
Kepemimpinan
sebagai awal struktur.
3. Hakikat
Kepemimpinan
Kepemimpinan
pada hakikatnya adalah,sebagai berikut[13]:
1)
Proses
memengaruhi atau memberi contoh dari pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya
mencapai tujuan organisasi.
2)
Seni memengaruhi
dan mengarahkan orang dengan cara kepatuhan, kepercayaan, kehormatan dan kerja
sama yang bersemangat dalam mencapai tujuan bersama.
3)
Kemampuan untuk
memengaruhi,memberi inspirasi dan mengarahkan tindakan seseorang atau kelompok
untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
4)
Melibatkan tiga
hal yaitu pemimpin,pengikut,dan situasi tertentu.
5)
Kemampuan untuk
memengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan. Sumber pengaruh dapat secara
formal atau tidak formal. Pengaruh formal ada bila seorang pemimpin memiliki
posisi manajerial didalam sebuah organisasi. Sedangkan sumber pengaruh tidak
formal muncul diluar struktur organisasi formal. Dengan demikian,seorang
pemimpin dapat muncul dari dalam organisasi atau karena ditunjuk secara formal.
Dengan demikian pengaruh pemimpin sangat ditentukan oleh statusnya,yaitu
sebagai pimpinan formal ataupun pimpinan informal yang masing-masing dapat
dibedakan dalam hal:
1.
Pimpinan formal
(lembaga eksekutif,legislative,dan yudikatif). Artinya seseorang yang ditunjuk
sebagai pemimpin,atas dasar keputusan dan pengangkatan resmi untuk memangku
suatu jabatan dalam struktur suatu organisasi dengan segala hak dan kewajiban
yang melekat berkaitan dengan posisinya,seperti:
·
Memiliki dasar
legalitasnya diperoleh dari penunjukkan pihak yang berwenang artinya memiliki
legitimasi.
·
Harus memenuhi
beberapa persyaratan tertentu.
·
Mendapatkan
dukungan drai organisasi formal ataupun atasannya.
·
Memperoleh balas
jasa atau kompensasi baik materiil ataupun immaterial tertentu.
·
Memiliki
kekuasaan atau wewenang.
2.
Pimpinan
informal (tokoh masyarakat,adat,LSM,Guru,Bisnis,dan lain-lain. Artinya
seseorang yang ditunjuk memimpin secara tidak formal,karena memiliki kualitas
unggul,dia mencapai kedudukan sebagai seseorang yang mampu mempengaruhi kondisi
psikis dan perilaku suatu kelompok atau komunitas tertentu,seperti:
·
Sebagian tidak
atau belum memiliki acuan formal atau legitimasi sebagai pimpinan.
·
Masa kepemimpinannya
sangat tergantung pada pengakuan dari kelompok atau komunitasnya.
·
Tidak di back up dari organisasi secara formal.
·
Tidak
mendapatkan imbalan atau kompensasi.
·
Tidak mendapat
promosi,kenaikan pangkat,mutasi dan tidak memiliki atasan.
Konsep[14]
kepemimpinan erat sekali hubungannya dengan kekuasaan pemimpin dalam memperoleh
alat untuk mempengaruhi perilaku para pengikutnya. Terdapat beberapa sumber dan
bentuk kekuasaan yaitu kekuasaan paksaan,legitimasi, keahlian, penghargaan,
referensi, informasi dan hubungan.
Para pemimpin dan orang-orang yang dipimpin harus memahami Hakikat
Kepemimpinan dalam pandangan yang mendalam sebagai berikut:
1.
Tanggung
jawab,bukan Keistimewaan
Ketika
seorang diangkat atau ditunjuk untuk memimpin suatu lembaga atau institusi,maka
ia sebenarnya mengemban tanggung jawab yang besar sebagai seorang pemimpin yang
harus mampu mempertanggungjawabkannya. Bukan hanya dihadapan manusia,tapi juga
dihadapan Allah. Oleh karena itu,jabatan dalam semua level atau tingkatan
bukanlah suatu keistimewaan,sehingga seorang pemimpin atau pejabat tidak boleh
merasa menjadi manusia yang istimewa sehingga ia merasa harus diistimewakan dan
ia sangat marah bila orang lain tidak mengistimewakan dirinya.
2.
Kerja keras
bukan santai
Para
pemimpin dapat tanggung jawab yang besar untuk menghadapi dan mengatasi
berbagai persoalan yang menghantui masyarakat yang dipimpinnya untuk
selanjutnya mengarahkan kehidupan masyarakat untuk bisa menjalani kehidupan
yang baik dan benar serta mencapai kemajuan dan kesejahteraan. Untuk itu para
pemimpin dituntut untuk bekerja keras dengan penuh kesungguhan optimis.
3.
Melayani,bukan
sewenang-wenang
Pemimpin
adalah pelayanan yang dipimpinnya,karena itu menjadi pemimpin atau pejabat
berarti mendapatkan kewenangan yang besar untuk bisa melayani masyarakat dengan
pelayanan yang lebih baik dari pemimpin yang sebelumnya. Oleh karena itu,setiap
pemimpin harus mempunyai visi-misi pelayanan terhadap orang-orang yang
dipimpinnya guna meningkatkan kesejahteraan hidup,ini berarti tidak ada
kebohongan terhadap rakyatnya.
4.
Pengorbanan,bukan
fasilitas
Menjadi
pemimpin atau pejabat bukanlah untuk menikmati kemewahan atau kesenangan hidup
dengan berbagai fasilitas duniawi yang menyenangkan,tapi justru ia harus mau
berkorban dan menunjukkan pengorbanan,apalagi ketika masyarakat yang
dipimpinnya berada dalam kondisi sulit dan sangat sulit.
5.
Keteladanan dan
kepeloporan,bukan pengekor
Ketika
seorang pemimpin menyerukan kejujuran kepada rakyat yang dipimpinnya, maka ia
telah menunjukkan kejujuran itu. Ketika ia menyerukan hisup sederhana dalam
soal materi,maka ia tunjukkan kesederhanaan,bukanlah kemewahan. Masyarakat
sangat menuntut adanya pemimpin yang bisa menjadi pelopor dan teladan dalam
kebaikan dan kebenaran.
Sepanjang
zaman manusia membutuhkan kehadiran pemimpin,pemimpin di anggap mewakili
aspirasi masyarakat,pemimpin dapat memperjuangkan kepentingan anggota,dan
pemimpin dapat mewujudkan harapan sebagian besar orang. Selain beberapa faktor
yang mendasari lahirnya pemimpin,pada kenyataan pemimpin mempunyai kecerdasan
dan wawasan yang lebih luas dibandingkan dengan rata-rata pengikutnya,sehingga
wajar kehadiran pemimpin sangat dirindukan untuk mengatasi berbagai masalah
yang dihadapi oleh anggota masyarakat.[15]
Dalam
usaha memenuhi harapan,pemimpin menggunakan kemampuan dan kecerdasannya dengan
memanfaatkan lingkungan dan potensi yang ada pada organisasi. Dengan kata lain
pemimpin berusaha melibatkan anggota organisasi untuk mencapai tujuan.
Kemampuan untuk meggerakkan,mengarahkan dan mempengaruhi anggota organisasi
sebagai wujud kepemimpinannya. Kesanggupan mempengaruhi perilaku orang lain
kearah tujuan tertentu sebagai indikator keberhasilan seorang pemimpin.
Definisi
kepemimpinan terus mengalami perubahan sesuai dengan peran yang
dijalankan,kemampuan untuk memberdayakan bawahan atau anggota sehingga timbul
inisiatif untuk berkreasi dalam bekerja dan hasilnya lebih bermakna bagi organisasi
dengan sekali-kali pemimpin mengarahkan,menggerakkan dan mempengaruhi anggota.
Inisiatif pemimpin harus direspon sehingga dapat mendorong timbulnya sikap
mandiri dalam bekerja dan berani mengambil keputusan dalam rangka percepatan
pencapaian tujuan organisasi.
Kemampuan
mempengaruhi orang lain kearah tujuan tertentu sebagai indikator keberhasilan
seorang pemimpin. Penerapan kepemimpinan sangat ditentukan oleh situasi kerja
atau keadaan anggota atau bawahan dan sumberdaya pendukung organisasi. Karena
itu jenis organisasi dan situasi kerja menjadi dasar pembentukan pola
kepemimpinan seseorang. Sebagai contoh kepemimpinan dalam bidang pendidikan
tentunya berbeda dengan kepemimpinan pada organisasi swasta yang lebih
berorientasi pada keuntungan.
Pada
organisasi nonprovit orientasi kepemimpinan lebih mengarah pada pemberdayaan
seluruh potensi organisasi dan menempatkan bawahan atau karyawan sebagai
penentu keberhasilan pencapaian organisasi,maka sentuhan tergadap faktor-faktor
yang dapat menimbulkan moral kerja dan semangat untuk berprestasi menjadi
perhatian utama.
Perasaan
dihargai,dilibatkna didalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan bidang
tugasnya dan perhatian pimpinan terhadap
keluhan,kebutuhan dan saranserta pendapat dari bawahan meriapakn prasyarat bagi
terciptanya iklim kerja yang kondusif sebagai awal tumbuhnya budaya organisasi.
Pada
organisasi yang berorientasi pada keuntungan sangat antusias mengejar target
produktivitas organisasi yang bersifat kuantitatif beruapa barang dan atau
jasa. Maka untuk mencapai standar,perhatian pada manusia dan alat sebagai
penentu prosuktivats menjadinprioritas utama. Apabila performasi karyawan sudah
maksimal sedangkan produktivitas perlu ditingkatkan,maka pilihannya adalah
menambah peralatan atau mesin. Namun,apabila kinerja anggota organisasi belum
mencapai target karena keterbatasan skill atau pengetahuan dalam penggunaan
peralatan maka alternative yang dekat adalah pengembangan karyawan.
Melihat
kenyataan,lingkungan terus mengalami perubahan,maka peran pemimpin tidak hanya
berusaha menyesuaikan organisasi terhadap penggerakkan inovasi dari luar,akan
tetapi pemimpin yang berhasil apabila mampu membawa organisasi sebagai
referensi bagi institusi lainnya. Kreativitas dan inovasi muncul dalam suasana
yang kompetetif dan penuh konflik diantara anggota untuk berbuat lebih baik
pada setiap kesempatan.[16]
Karena
itu organisasi harus selalu belajar untuk melakukan perubahan yang terus
menerus. Melakukan pembelajaran berarti menetapkan strategi inovasi,perbaikan
berkelanjutan,komitmen terhadap tugas dan berorientasi pada tujuan organisasi.
Organisasi pembelajar dicirikan adanya keterbukaan,pertumbuhan,dan pengambilan
resiko.
Pada
dasarnya pada diri manusia terdapat rasa keinginan kuat untuk belajar. Karyawn
merasa tersiksa apabila perusahaan menghalangi karyawannya yang ingin belajar.
Karyawan merasa frustasi ketika bisa menerapkan apa yang diketahuinya,rasa
kecil hati akan timbul ketika organisasi melakukan kesalahan yang tidak
semestinya. Membentuk organisasi yang mampu belajar dapat memulihkan atau
menyemangati kembali tempat bekerja.
Pemimpin
yang efektif harus belajar dari kesalahan pada masa lalu dan berusaha
memperbaiki dengan cara yang bijak dan memberikan kesempatan pada karyawan
untuk memberikan kritik dan saran perbaiakan. Karyawan yang selalu belajar tahu
akan tugas dan kewajiban untuk menjadikan organisasi lebih kompetitif.
[1] DR. Kartini
Kartono,Pemimpin dan Kepemimpinan Apakah Pemimpin Abnormal Itu?,Jakarta. PT
Raja Grafindo. 2002,hlm. 2.
[3] Abdullah
Masmuh,komunikasi Organisasi Dalam Prespektif
Teori dan Praktek,Malang.UMM pers. 2010,hlm. 245.
[4] Dr. Inu Kencana Syafiie,
M.si. Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia,Bandung,PT RINAKA CIPTA. 2013,hlm. 1.
[5] Abd.
Wahab&Umiarso,Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan Spritual,Jogjakarta.AR-RUZZ
MEDIA. 2011,hlm. 89.
[6] Abd. Wahab&Umiarso,Kepemimpinan
Pendidikan dan Kecerdasan Spritual,Jogjakarta.AR-RUZZ MEDIA. 2011,hlm. 89.
[7] Abdullah
Masmuh,Komunikasi Organisasi Dalam Prespektif Teori dan Praktek, Malang.UMM
pers. 2010,hlm. 246.
[8] Sutarto,Dasar-dasar
Kepemimpinan Administrasi,Yogyakarta. Gajah Mada University Pers. 1996,hlm. 13.
[9] Dr. Inu Kencana Syafiie,
M.si. Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia, Bandung,PT RINAKA CIPTA,2013,hlm.2.
[10] Prof. DR. Veithzal
Rivai,M.B.A,Kiat Memimpin dalam Abad ke-21,Jakarta. PT RAJA GRAFINDO PERSADA 2004,hlm.
65.
[11] DE, Kartini Kartono.
Pemimpin dan Kepemimpinan Apakah Pemimpin Abnormal Itu?, Jakarta. PT Raja
Grafindo.2002,hlm. 27.
[12] Dr. Inu Kencana Syafiie,
M.si. Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia,Bandung,PT RINAKA CIPTA 2013,hlm.3.
[13] Prof. Dr. Veithzal
Rivai,M.B.A. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta. PT RAJA GRAFINDO
PERSADA.2012,hlm. 3.
[14] Prof. Dr. Veithzal
Rivai,M.B.A. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta. PT RAJA GRAFINDO
PERSADA.2012,hlm. 5.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar