Kamis, 21 Januari 2016

KEKUASAAN DAN KEPEMIMPINAN




   Tugas Mandiri                                                                                          Dosen Pembimbing  
KEPEMIMPINAN                                                                                         Dr. Abdul Rozak



KEKUASAAN DAN KEPEMIMPINAN

UIN SUSKA RIAU
DISUSUN OLEH:
MELDAWATI
11375202252
JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2015



KATA PENGANTAR

            Puji syukur,kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa krena atas rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudu “KEKUASAAN DAN KEPEMIMPINAN” tepat pada waktunya. Dalam proses penyusunan makalah ini,penulis mendapatkan bantuan,bimbingan yang baik dari berbagai pihak.
Oleh karena itu,melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen yang telah membimbing dalam pembuatan makalah ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan,masih banyak kekurangan dan banyak kelemahan.
Oleh karena itu,penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun guna menyempurnakan makalah ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bukan hanya bagi penulis melainkan juga kepada para pembaca.


Pekanbaru,16 Oktober  2015

          Penulis

 

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang.................................................................................................................... 1
B.     Permasalahan...................................................................................................................... 1
C.     Tujuan  Makalah................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A.     Filsafat Kekuasaan............................................................................................................. 4
B.     Pengertian Kekuasaan......................................................................................................... 4
C.     Sumber Kekuasaan............................................................................................................. 6
D.     Cara Berkuasa................................................................................................................... 10
E.      Taktik Kekuasaan.............................................................................................................. 11
BAB III PENUTUP
A.     KESIMPULAN.................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA




BAB 1
PENDAHULUAN
1.1              LATAR BELAKANG
Setiap manusia pada hakikatnya adalah pemimpin dan setiap manusia akan diminta pertanggung jawaban atas kepemimpinannya kelak. Manusia sebagai pemimpin minimal mampu memimpin dirinya sendiri. Setiap organisasi harus ada pemimpinnya yang secara ideal dipatuhi dan disegani bawahannya.
Organisasi tanpa pimpinan akan kacau balau. Oleh karena itu, harus ada seorang pemimpin yang memerintah dan mengarahkan bawahannya untuk mencapai tujuan individu, kelompok dan organisasi. Dari kepemimpinan itu, maka muncul lah kekuasaan.
Kekuasaan adalah kemungkinan seorang pelaku mewujudkan keinginannya didalam suatu hubungan sosial yang ada termasuk dengan kekuasaan atau tanpa mengiraukan landasan yang menjadi pijakan kemungkinan itu. Seorang pemimpin mempunyai kekuasaan untuk mengatur dan mengarahkan anggota-anggotanya.
Kekuasaan adalah kewenangan yang didapatkan oleh seseorang atau kelompok guna menjalankan kewenangan tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan, kewenangan tidak boleh dijalankan melebihi kewenangan yang diperoleh. Maka kepemimpinan tidak akan pernah lepas dari kekuasaan untuk mengatur anggota-anggotanya. Kepemimpinan adalah suatu aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar supaya mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu.
Cara mempertahankan kekuasaan ialah menghilangkan aturan lama, birokrasi yang baik dan konsolidasi vertical dan horizontal. Cara memperkuat kekuasaan yaitu dengan menguasai bidang-bidang kehidupan secara damai dan menguasai bidang-bidang kehidupan secara koersif.
1.2              Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas, dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1.                  Apa yang dimaksud dengan kekuasaan?
2.                  Apa saja sumber dari kekuasaan?

1.3              Tujuan Masalah
Dari latar belakang dan rumusan masalah diatas maka tujuan masalah dari makalah ini ialah:
1.                  Dapat mengetahui apa pengertian dari kekuasaan.
2.                  Dapat mengetahui apa saja sumber yang ada pada kekuasaan.


















BAB II
PEMBAHASAN
KEKUASAAN DAN KEPEMIMPINAN
Pemimpin pemerintahan adakalanya tidak memiliki kekuasaan karena kekuasaan berada pada pihak lain misalnya pedagang yang memenangkannya ketika pemilihan, kepala negara yang diberi posisi yang dominan oleh konstitusi, atau bahkan kekuasaan berada pada tangan rakyat banyak disaat sedang anarkisnya keadaan.
Pengaruh (influence) adalah berbagai yang dilakukan seseorang untuk mengubah perilaku atasannya, teman sejawat, maupun para bawahannya. Untuk mengubah perilaku berbagai pihak tersebut, seorang pemimpin menggunakan berbagai upaya antara lain: penggunaan kekuasaan (Power), taktik mempengaruhi (Influence Tactics), mentoring, modifikasi perilaku (behavior modification) dan komunikasi. [1]
Kekuasaan dan keagungan berada diantara kesenangan setiap orang, dimana semua kesenangan dapat berada diatas segalanya hanya melalui kekuasaan. Karena kekuasaan orang menjadi koruptor, dimana kewenangan dapat menjadikan orang leluasa membuat penyimpangan serta dengan kekuasaan orang akan mudah membuat keboborakan dan kesalahan yang tidak menyenangkan orang lain pada umumnya.[2]
Dengan kekuasaan membuat orang memiliki wewenang untuk melakukan sesuatu didalam kelompok yang mengakui kekuasaan tersebut, baik didalam kelompok atau organisasi sosial dan politik kemasyarakatan serta kelompok usaha bisnis. Kekuasaan itu memberi legitimasi untuk bertindak, dengan alasan pengamanan kepentingan kelompok, kadang-kadang tidak dapat dibedakan dengan kepentingan penguasa (individu) yang memiliki kekuasaan.



A.                Filsafat Kekuasaan
Kekuasaan selalu ada didalam setiap masyarakat baik yang tradisional maupun yang modern, hanya dibagi-bagi sesuai dengan fungsinya, kalau tidak dibagi justru timbul makna yang pokok dari kekuasaan, yaitu secara tirani mampu mempengaruhi semua pihak sesuai kehendak pemegang kekuasaan itu sendiri.
Menurut Max Weber kakuasaan adalah kesempatan seseorang atau sekelompok orang untuk menyadarkan masyarakat akan kemauan-kemauannya sendiri, dengan sekaligus menerapkannya terhadap tindakan-tindakan perlawanan dari orang-orang atau golongan-golongan tertentu.
Jadi kekuasaan dapat didefinisikan sebagai hasil pengaruh yang diinginkan seseorang atau sekelompok orang, sehingga dengan begitu dapat merupakan suatu konsep kuantitatif dan kualitatif karena dapat dihitung hasilnya dan dapat dirasakan pengaruhnya. Misalnya berapa luas wilayah jajahan seseorang, berapa banyak orang yang berhasil dipengaruhi, berapa lama yang bersangkutan berkuasa, berapa banyak barang yang dimiliknya, serta seberapa terpengaruh orang lain oleh dirinya.
Dari uraian ini terlihat bahwa kekuasaan dapat meliputi ruang dan waktu, yang didalamnya ada barang, manusia, dan uang. Tetapi pada ghaibnya kekuasaan itu dinilai pada pengaruhnya terhadap manusia, terutama kekuasaan dalam pemerintahan suatu negara. [3]
B.                 Pengertian Kekuasaan
Kekuasaan ialah suatu bagian yang merasuk keseluruh sendi kehidupan organisasi. Manejer dan non manejer menggunakannya. Mereka memanipulasi kekuasaan untuk mencapai tujuan dan dalam kebanyakan hal untuk memperkuat kedudukan mereka. Keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam menggunakan atau bereaksi terhadap kekuasaan, sebagian besar ditentukan oleh pemahaman tentang kekuasa, dengan mengetahui bagaimana dan bila menggunakannya, serta mampu mengantisipasi kemungkinan dampaknya.
Menurut Gibson dan kawan-kawan kekuasaan adalah kemampuan untuk memperoleh sesuatu dengan cara yang diinginkan seseorang agar orang lain melakukannya. Jadi kekuasaan itu adalah kemampuan untuk membuat orang lain melakukan apa yang diinginkannya.
 Ada juga pendapat yang mengatakan kekuasaan adalah energy orisinil di luar dan didalam diri individu. Jadi kekuasaan adalah merupakan sebuah konsep yang multi segi yang telah di analisis dari berbagai prespektif sebagai karakteristik individual, sebagai proses pengaruh interpersonal, sebagai komoditas yang diperdagangkan, sebagai tipe penyebab dan sebagai topic dalam mempelajari nilai dan etika. [4]
Kekuasaan (power) adalah kemampuan (ability) yang dimiliki seseorang untuk menguasai sumber daya manusia, informasi dan material agar sutau pekerjaan dapat dilaksanakan. Kekuasaan memiliki tiga unsur dimensi, yakni kemampuan untuk mendominasi (power over), kemampuan untuk berbuat sesuatu (power to), dan kemampuan menolak permintaan orang lain (power from). [5]
Studi tentang kekuasaan dan dampaknya merupakan hal yang penting untuk memahami cara kerja organisasi. Memang mungkin mengartikan setiap interaksi dan hubungan sosial dalam suatu organisasi sebagai melibatkan penggunaan kekuasaan. Secara sederhana kekuasaan didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk memperoleh sesuatu dengan cara yang dikehendaki orang tersebut. [6]
Kekuasaan seringkali dikonotasikan negative jika dikaitkan dengan isu politik. Padahal dalam pengertian yang paling sederhana, kekuasaan atau power berarti suatu kemampuan untuk memengaruhi orang atau merubah orang atau situasi. Jika perubahan pada orang atau situasi adalah perubahan yang baik, tentunya power tersebut memberikan konotasi yang positif bahkan sangat diperlukan. Konotasi negative dari kekuasaan seringkali muncul dikarenakan terdapat berbagai kasus dimana seseorang atau sebuah organisasi yang diberi kekuasaan tidak menggunakannya hal positif.
Definisi kekuasaan pada umunya dijalin dengan konsep otoritas dan pengaruh. Misalnya definisi sebelumnya yang menggunakan kata pengaruh dalam mendiskripsikan kekuasaan, keahlian teori manajemen. Chester Barnard, mendefinisikan kekuasaan dalam konteks “otoritas informal”, dan banyak sosiolog organisasi mendefinisikan otoritas sebagai “legitimasi kekuasaan”.
Kekuasaan sesungguhnya merupakan konsekuensi logis yang muncul dari setiap organisasi yang didalamnya terdapat pimpinan dan bawahan, atau manajemen puncak dan manajemen tingkat bawah. Karena organisasi merupakan kumpulan orang dalam pencapaian tujuan, maka organisasi ditujukan untuk mengubah situasi melalui orang-orang agar perubahan terjadi. Agar perubahan ini dapat terjadi, maka kekuasaan diperlukan. [7]
Pembagian kekuasaan adalah suatu proses yang memerlukan waktu agar dapat berkembang dalam budaya organisasi. Diperlukan waktu untuk mengembangkan jalur komunikasi yang lebih baik, kepercayaan lebih besar, dan keterbukaan antara orang-orang yang berbagi kekuasaan manajer dengan bawahan atau subunit.
Kekuasaan melibatkan hubungan antara dua orang atau lebih. Robert Dahl, seorang ahli ilmu politik menemukan pusat perhatian hubungan yang penting ini ketika ia mendefinisikan kekuasaan sebagai “A mempunyai kekuasaan atas B dalam pengertian bahwa dia dapat menggerakkan B melakukan sesuatu dimana B tidak ada pilihan lain kecuali melakukannya”. Seseorang atau kelompok tidak dapat mempunyai kekuasaan dalam keadaan terisolasi, kekuasaan tersebuut harus dilaksanakan atau mempunyai potensi untuk dilaksanakan dalam hubungan dengan orang lain atau kelompok. [8]
C.                 Sumber Kekuasaan
Menurut Amitai Etziomi yang dikutip oleh Miftah Thohah mengatakan bahwa sumber dan bentuk kekuasaan itu ada dua yakni kekuasaan jabatan (position power) dan kekuasaan pribadi (personal power). Perbedaan keduanya bersemi pada konsep kekuasaan itu sendiri sebagai suatu kemampuan untuk mempengaruhi perilaku. Kekuasaan dapat diperoleh dari jabatan organisasi, pengaruh pribadi, atau keduanya.
Seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain untuk melakukan kerja karena jabatan organisasi yang disandangnya, maka orang itu memiliki kekuasaan jabatan. Adapun seseorang yang memperoleh kekuasaan dari para pengikutnya dikatakan mempunyai kekuasaan pribadi. Bisa saja seseorang bisa memiliki keduanya. [9]
Berdasarkan teori organisasi dinyatakan, ada beberapa bentuk kekuasaan yang ada didalam suatu bentuk struktur organisasi, antara lain: kekuasaan paksaan, kekuasaan imbalan, kekuasaan yang legitimate, kekuasaan yang direkomendasi, dan kekuasaan karena keahlian, serta kekuasaan perwakilan. Selanjutnya kekuasaan dapat dilihat berdasarkan jalur hierarki, seperti kekuasaan keatas dan kebawah, serta kesamping. [10]
Ada beberapa cara berkuasa yang perlu diketahui, mengapa seseorang atau sekelompok orang memiliki kekuasaan, dibawah ini lima nomor pertama dikemukakan oleh J.R.P. French dan Bertram Raven dan sedangkan dua nomor berikutnya adalah gabungan dari beberapa pakar, untuk lengkapnya diuraikan yaitu sebagai berikut:[11]
1.                  Legitimate Power (Kekuasaan Legitimasi/sah)
Yaitu kekuasaan yang diperoleh karena surat keputusan atau pengangkatan masyarakat banyak, yang selanjutnya diterima sebagai pemimpin untuk berkuasa di daerah atau wilayah tersebut. Kekuasaan legitimasi ialah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi karena posisinya. Seseorang yang tingkatannya lebih tinggi mempunyai kekuasaan atas orang-orang yang kedudukannya lebih rendah.
Para bawahan memainkan peranan utama dalam pelaksanaan kekuasaan legitimasi. Jika bawahan memandang penggunaan kekuasaan tersebut sebagai sah, mereka akan patuh. Akan tetapi, budaya, kebiasaan, dan sistem nilai suatu organisasi menentukan batas kekuasaan legitimasi. [12]
Seorang prajurit akan merespons posisi komandan karena pangkatnya lebih tinggi. Pada sistem tradisional, seorang pengikut akan selalu merespons pimpinannya. Maksudnya ditujukan kepada siapa saja bahwa pengaruh seseorang adalah diasosiasikan sebagai prediksi dari keunggulan yang besar dari penggunaan kekuasaan yang harus dilegitimasi secara tradisional.
2.                  Coercive Power (Kekuasaan Paksaan)
Yaitu kekuasaan yang diperoleh karena seseorang atau sekelompok orang yang mempergunakan kekerasan dan kekuatan fisik serta senjatanya untuk memerintah pihak lain. Coercive power atau kekuasaan untuk memberikan hukuman adalah kebalikan atau sisi negatif dari reward power. Kekuasaan ini merupakan kekuasaan seseorang untuk memberikan hukuman atas kinerja yang buruk yang ditunjukkan oleh SDM atau tenaga kerja dalam sebuah organisasi. Kekuasaan jenis ini banyak ditemukan dalam organisasi yang bersifat otoriter.
Secara positif kekuasaan paksaan ini dapat dipergunakan pada kondisi dimana karyawan belum memiliki tingkat kognisi yang memadai. Apabila kognisi karyawan semakin baik peningkatannya, maka afeksi atau perasaan sudah dapat mempertimbangkan sikap yang akan menjadi gambaran perilakunya, kondisi ini dapat dilakukan apabila ada program pendidikan dan pelatihan. [13]
3.                  Expert Power (Kekuasaan Ahli)
Yaitu kekuasaan yang diperoleh karena keahliannya berdasarkan ilmu-ilmu yang dimilikinya, seni mempengaruhi yang dipunyainya serta budi luhurnya sehingga orang lain membutuhkannya. Seseorang mempunyai kekuasaan ahli jika ia memiliki keahlian khusus yang dinilai tinggi. Para ahli mempunyai kekuasaan meskipun peringkat mereka rendah. Seseorang dapat memiliki keahlian teknis, administrative, atau yang menyangkut persoalan manusia. Semakin sulit mencari pengganti ahli tersebut, semakin tinggi tingkatan kekuasaan ahli yang ia miliki.
Kepercayaan dari pengikut dapat terjadi sebagai akibat dari pengaruh strategi kepemimpinan untuk menciptakan popularitas, yang kemudian menjelma menjadi kepercayaan yang sangat kuat bagi pengikutnya, serta kemampuannya untuk meyakinkan atasannya dengan keahlian kepemimpinannya.

4.                  Reward Power (Kekuasaan Imbalan)
Yaitu kekuasaan yang diperoleh karena seseorang terlalu banyak memberi barang dan uang kepada orang lain sehingga orang lain tersebut merasa berhutang budi atau suatu ketika membutuhkan kembali pemberiannya yang serupa. Reward power atau kekuasaan untuk memberikan penghargaan adalah kekuasaan yang muncul sebagai akibat dari seseorang yang posisinya memungkinkan dirinya untuk memberikan penghargaan terhadap orang-orang yang berada dibawahnya.  [14]
Kekuasaan yang terbentuk karena pemberian imbalan merupakan dasar bagi pengikut (bawahan) yang mempengaruhi kapasitas kerja mereka sesuai dengan besarnya imbalan yang diterima. Imbalan dapat membuat kepuasan bawahan untuk beberapa pemenuhan kebutuhannya. Dengan demikian kekuasaan dengan imbalan dapat mempengaruhi orang untuk mengikuti perintah atasannya, apabila dapat imbalan meningkat, maka kekuasaan yang dimiliki atasan kadarnya akan lebih kuat dan sangat berpengaruh sebagai akibat dimana peningkatan imbalan ini dapat membuat tingkat kepuasan meningkat untuk sementara.
5.                  Referent Power (Kekuasaan Referen)
Yaitu kekuasaan yang diperoleh karena penampilan seseorang, misalnya wajah yang rupawan dari wanita cantik dapat menguasai beberapa pria, ataupun penampilan pangkat dan tanda jabatan seorang pejabat akan menimbulkan kekaguman. Referent power adalah kekuasaan yang muncul akibat adanya karakteristik yang diharapkan oleh seseorang atau sekelompok orang terhadap seseorang yang memiliki pengaruh terhadap seseorang atau sekelompok orang tersebut.
6.                  Information Power
Yaitu kekuasaan yang diperoleh karena seseorang yang begitu banyak memiliki keterangan sehingga orang lain membutuhkan dirinya untuk bertanya, untuk itu yang bersangkutan membatasi keterangannya agar terus menerus dibutuhkan. Informasi adalah konteks dimana data diletakkan.
Pengetahuan dianggap oleh beberapa pakar sebagai suatu hal yang jauh lebih bermakna dibanding apapun didalam struktur organisasi. Pengetahuan didefinisikan sebagai sebuah kesimpulan atau analisis yang disarikan dari data dan informasi. Data mencakup fakta-fakta, angka-angka statistic, dan hal-hal spesifik.
7.                  Connection Power
Yaitu kekuasaan karena seseorang memiliki hubungan keterkaitan dengan seseorang yang memang sedang berkuasa, hal ini biasanya disebut dengan hubungan kekerabatan atau kekeluargaan (nepotisme). Kekuasaan koneksi ialah kekuasaan yang bersumber pada hubungan yang dijalin oleh seesorang (pimpinan) dengan orang-orang penting atau berpengaruh baik diluar maupun didalam organisasi.
D.                Cara Berkuasa
Apabila seseorang pemangku jabatan (pemimpin) dalam pemerintahan tidak memiliki kekuasaan terhadap bawahan ataupun masyarakatnya maka ada beberapa cara untuk kembali berkuasa, hal ini dikemukakan oleh seorang pakar bernama Strauss, untuk lengkapnya dimodifikasi yaitu sebagai berikut:[15]
1.                  Be Competition
Yaitu dengan cara mempertandingkan atau pun memperlombakan bawahan dan masyarakat, sehingga secara tidak terasa mereka mengikuti kemauan pemimpin pemerintahan tersebut, seperti lomba kebersihan, lomba keterampilan, dan lain-lain.
2.                  Be Strong Approach
Yaitu dengan cara kemarahan yang keras dan kaku dilengkapi dengan hantaman benda pada meja atau dinding, sehingga terkesan menyeramkan. Untuk ini diperlukan dramatisasi keadaan.
3.                  Be Good Approach
Yaitu dengan cara membujuk bawahan dan masyarakat dengan lemah lembut, dilengkapi pemberian hadiah barang, uang dan juga jasa tertentu sehingga bawahan dan masyarakat berhutang budi dan malu hati.
4.                  Internalized Motivation
Yaitu dengan cara menanamkan kesadaran kepada bawahan dan masyarakat agar sepenuhnya mengerti sedalam-dalamnya tentang arti kerjasama dan arti tujuan organisasi yang dimiliki bersama.
5.                  Implicit Bargaining
Yaitu dengan cara membuat perjanjian sebelumnya dengan bawahan dan masyarakat, sehingga dengan begitu bawahan dari masyarakat terikat, walaupun perjanjian tersebut tidak tertulis (apalagi tertulis) akan ada semacam keterkaitan untuk gentar melanggarnya.
E.                 Taktik Kekuasaan
Taktik kekuasaan adalah cara-cara yang ditempuh oleh seseorang untuk menterjemahkan dasar-dasar kekuasaan menjadi tindakan-tindakan yang spesifik. Kipnis dan kawan-kawan yang dikutip oleh Robbins (2002) menawarkan tujuh dimensi yang taktik atau strategi dalam menggunakan kekuasaan, yaitu sebagai berikut:[16]
1.                  Reason (nalar): memakai fakta-fakta dan data-data untuk menyajikan ide-ide secara logis dan rasional.
2.                  Friendlisness (ramah tamah/keramahan): dengan ramah, kemauan baik, merendahkan hati dan bertindak lembut sebelum meminta orang lain melakukan sesuatu.
3.                  Coation (koalisi): dengan meminta dukungan orang lain dalam organisasi guna menunjang permintaan atau perintahnya.
4.                  Bargaining (tawar-menawar): melalui negoisasi atau pertukaran keuntungan dan usaha atau kegiatan. Memberikan imbalan kepada target atau sasaran berupa uang atau penghargaan lain sebagai ganti karena mau mentaati suatu permintaan.
5.                  Assertiveness (mempertahankan hak/ketegasan): dengan menggunakan pendekatan langsung serta paksa seperti menuntut kepatuhan bawahan, memberi peringatan kepada bawahan untuk taat.
6.                  Higher authority (otoritas atasan): dengan meminta bantuan pimpinan yang lebih tinggi untuk mendukung perintah-perintahnya.
7.                  Sanctions (sanksi-sanksi): menggunakan imbalan dan hukuman, yaitu dengan memberikan hadiah seperti janji kenaikan gaji, promosi, atau mengancam akan memberi evaluasi yang jelek terhadap prestasi kerja, atau hukuman, tidak popular.
BAB III
PENUTUP
3.1       Kesimpulan
            Kekuasaan dan kepemimpinan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dan sangat penting dalam kehidupan sosial di masyarakat. Kekuasaan adalah kemungkinan seorang pelaku mewujudkan keinginannya didalam suatu hubungan sosial yang ada termasuk dengan kekuatan atau tanpa mengiraukan landasan yang menjadi pijakan kemungkinan itu.
            Kekuasaan sesungguhnya merupakan konsekuensi logis yang muncul dari setiap organisasi yang didalamnya terdapat pimpinan dan bawahan, atau manajemen puncak dan manajemen tingkat bawah. Karena organisasi merupakan kumpulan orang dalam pencapaian tujuan, maka organisasi ditujukan untuk mengubah situasi melalui orang-orang agar perubahan terjadi. Agar perubahan ini dapat terjadi, maka kekuasaan diperlukan. Sumber-sumber kekuasaan ialah kekuasaan legitimasi, kekuasaan imbalan, kekuasaan paksaan, kekuasaan ahli, kekuasaan referensi, kekuasaan informasi, dan kekuasaan koneksi.



[1] Nurrahmi Hayani., SE. MBA, Pengantar Manajemen, 2014, Pekanbaru, Penerbit Beneteng Media, hlm. 72.
[2] Dr. Manahan P. Tampubolon, M.M, Perilaku Keorganisasian (Organization Behavior), 2004, Jakarta, Ghalia Indonesia, hlm. 114.
[3] Dr. Inu Kencana Syafiie, M.Si, Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia, Bandung, 2013, Refika Aditama, hlm. 113-114.
[4] Komang Ardana, Ni Wayan Mujiati, Anak Agung Ayu Sriathi, Perilaku Keorganisasian, 2009, Yogyakarta, Graha Ilmu, hlm. 126-127.
[5] Nurrahmi Hayani., SE. MBA, Pengantar Manajemen, 2014, Pekanbaru, Penerbit Beneteng Media, hlm. 72.
[6] Gibson Ivancevich Donnelly, Alih Bahasa Drs. Djarkasih, MPA, Organisasi Perilaku (Organizatiton), 1985, Jakarta, Gelora Aksara Pratama, hlm. 295.
[7] Ernie Tisnawati Sule & Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen, 2005, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, hlm. 172-173.
[8] Gibson Ivancevich Donnelly, Alih Bahasa Drs. Djarkasih, MPA, Organisasi Perilaku (Organizatiton), 1985, Jakarta, Gelora Aksara Pratama, hlm. 295-296.
[9] Komang Ardana, Ni Wayan Mujiati, Anak Agung Ayu Sriathi, Perilaku Keorganisasian, 2009, Yogyakarta, Graha Ilmu, hlm. 127.
[10] Dr. Manahan P. Tampubolon, M.M, Perilaku Keorganisasian (Organization Behavior), 2004, Jakarta, Ghalia Indonesia, hlm. 115.
[11] Dr. Inu Kencana Syafiie, M.Si, Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia, Bandung, 2013, Refika Aditama, hlm.134-135
[12] Gibson Ivancevich Donnelly, Alih Bahasa Drs. Djarkasih, MPA, Organisasi Perilaku (Organizatiton), 1985, Jakarta, Gelora Aksara Pratama, hlm. 297.
[13] Dr. Manahan P. Tampubolon, M.M, Perilaku Keorganisasian (Organization Behavior), 2004, Jakarta, Ghalia Indonesia, hlm. 115.
[14] Ernie Tisnawati Sule & Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen, 2005, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, hlm. 173-174.
[15] Dr. Inu Kencana Syafiie, M.Si, Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia, Bandung, 2013, Refika Aditama, hlm. 135-136.
[16] Komang Ardana, Ni Wayan Mujiati, Anak Agung Ayu Sriathi, Perilaku Keorganisasian, 2009, Yogyakarta, Graha Ilmu, hlm. 129.






DAFTAR PUSTAKA

Ardana, Komang; Mujiati, Ni Wayan; Ayu Sriathi, Anak Agung. Perilaku Keorganisasian.
                        2009. Yogyakarta. Edisi ke-2. Graha Ilmu. xii=208 hlm, 1 jil. : 23 cm.
Griffin, Ricky. Manajemen. 2004. Jakarta. Erlangga. Gelora Aksara Pratama. Ed. 7. Jilid 2.
Hayani, Nurrahmi. Pengantar Manajemen. 2014. Pekanbaru. Penerbit Benteng Media.
L. Gibson, James,dkk. Organisasi Perilaku Struktur Proses. 1985. Jakarta. Erlangga. Ed. 7. 
Gelora Aksara Pratama.
Luthana, Fred. Perilaku Organisasi. 2006. Yogyakarta. Andi. Ed. 1.
M. Ivancevich John, Robort Konopaske, Michael T Matteson. Perilaku dan Manajemen
Organiasi, Edisi Ketujuh. 2006. Gelora Aksara Pratama.
P. Tampubolon, Manahan. Perilaku Keorganisasian (organization Behavior). 2004. Jakarta.
Ghalia Indonesia.
Syafiie,Inu Kencana. Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia. Refika Aditima. Bandung.
                        2002.
Tisnawati Sule Ernie, Kurniawan Saefullah. Pengantar Manajemen. 2010. Jakarta. Kencana.
Prenada Media Group.
Thoha, Miftah. Perilaku Organisasi Konsep dasar dan Aplikasinya. 2005. Jakarta. PT Raja
                        Grafindo Persada.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar