Kamis, 21 Januari 2016

KONFLIK DALAM KERPEMIMPINAN




   Tugas Mandiri                                                                                          Dosen Pembimbing  
KEPEMIMPINAN                                                                                         Dr. Abdul Rozak


KONFLIK DALAM KEPEMIMPINAN

UIN SUSKA RIAU
DISUSUN OLEH:
MELDAWATI
11375202252
V/ANA/A
JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2015



KATA PENGANTAR

                Segala puji hanya bagi Allah SWT yang telah memberikan kesempatan, kemampuan, dan kesehatan serta kenikamatan yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada sang revolusioner islam kita, yakni habibbina wa’ nabiyana Muhammad SAW, kepada sahabatnya, kepada tabiin dan tabiatnya yang telah menyelamatkan Islam dari zaman jahiliyah ke zaman terang benderang seperti saat ini.
            Penulisan makalah ini bertujuan untuk menjelaskan salah satu pokok bahasan mata kuliah kepemimpinan yang berjudul “Konflik dalam Kepemimpinan”, selain itu penulisan makalah ini juga untuk memenuhi tugas terstrukutur mata kuliah kepemimpinan di tahun akademik 2015-1016.
            Akhir kata saya mengucapkan terima kasih semoga tugas makalah ini bermanfaat bagi khalayak yang membacanya, mohon maaf apabila tugas ini banyak kesalahan, karena kesalahan datang dari manusia dan kesempurnaan datang dari Allah SWT.


                                                                                                Pekanbaru, 22 Oktober 2015

                                                                                                                 Penulis




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang.................................................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah.............................................................................................................. 1
C.     Tujuan  Makalah................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A.     Hakikat Konflik.................................................................................................................. 2
B.     Pengertian Konflik.............................................................................................................. 3
C.     Jenis-jenis Konflik.............................................................................................................. 4
D.     Faktor-faktor Penyebab Konflik......................................................................................... 7
E.      Sumber Konflik.................................................................................................................. 9
F.      Mengatasi Konflik............................................................................................................. 10
BAB III PENUTUP
A.     KESIMPULAN.................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA




BAB I
PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang
Kepemimpinan merupakan faktor terpenting dalam suatu organisasi. Tindakan pemimpin akan mempengaruhi  gerak suatu organisasi. Pemimpin yang dapat memerankan fungsi secara maksimal dan dapat mencapai tujuan tertentu yang yang disepakati dapat dikatakan sebagai kepemimpinan yang efektif.
Pola kepemimpinan yang efektif dapat diwujudkan dengan pendekatan perilaku lebih bagus dari pada pendekatan kesifatan, oleh karena pendekatan ini memiliki banyak keterbatasan dalam melihat sifat pemimpin, yaitu tidak tampaknya sifat-sifat kepemimpinan yang ditemukan secara umum pada semua tokoh yang dikaji dan terdapat berbagai kasus dimana seorang pemimpin sukses dalam situasi yang lain, sehingga tidak satupun sifat yang secara absolute esensial.
Dalam kehidupan organisasi yang didalamnya melibatkan berbagai pola interaksi antar manusia, baik secara individual maupun kelompok, masalah konflik merupakan fakta yang tidak dapat dihindarkan. Dan konflik itu sendiri merupakan proses dinamis yang dapat dilihat, di uraikan, dan di analisa. Oleh karena itu, konflik sebagai suatu proses sangat menarik dalam dunia kepemimpinan.
B.            Rumusan Masalah
1.             Apa pengertian dari konflik tersebut?
2.             Apa saja jenis-jenis dari konflik itu?
3.             Apa saja faktor-faktor penyebab konflik tersebut?
4.             Apa saja sumber dari konflik?
5.             Bagaimana cara mengatasi konflik?

C.            Tujuan Masalah
1.             Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan konflik.
2.             Bisa mengetahui jenis-jenis dari konflik.
3.             Bisa mengetahui apa saja faktor-faktor penyebab konflik.
4.             Dapat mengetahui apa saja sumber-sumber yang ada pada konflik.
5.             Dapat mengetahui bagaimana cara mengatasi konflik.
BAB II
PEMBAHASAN
A.           Hakikat Konflik
Keberadaan konflik dalam suatu organisasi tidak dapat dihindarkan, dengan kata lain bahwa konflik selalu hadir dan tidak dapat dielakkan. Konflik sering muncul dan terjadi pada setiap organisasi, dan terdapat perbedaan pandangan para pakar dalam mengartikan konflik. Mitchell, B., Setiawan, B., dan Rahmi, D. H. menjelaskan bahwa konflik atau pertentangan pada kondisi tertentu mampu mengidentifikasi sebuah proses pengelolaan lingkungan dan sumber daya yang tidak berjalan secara efektif, mempertajam gagasan, bahkan dapat menjelaskan kesalahpahaman. Pertentangan kepentingan diantara anggota organisasi atau dalam komunitas masyarakat merupakan suatu kewajaran. Dalam kehidupan yang dinamis antar individu dan antar komunitas, baik dalam organisasi maupun dimayarakat yang majemuk, konflik sering terjadi manakala sering berbenturan kepentingan. [1]
Pengertian yang lebih lengkap dikemukakan oleh Stoner dan Wakel bahwa konflik organisasi adalah ketidaksesuaian antara dua orang anggota organisasi atau lebih yang timbul karena fakta bahwa mereka harus berbagi dalam hal mendapatkan sumber-sumber daya yang terbatas, atau aktivitas-aktivitas pekerjaan, dan atau karena fakta bahwa mereka memiliki status, tujuan, nilai-nilai atau persepsi yang berbeda.
Perbedaan pendapat dan persepsi mengenai tujuan, kepentingan maupun status serta nilai individu dalam organisasi merupakan penyebab munculnya konflik. Demikian halnya persoalan alokasi sumber daya yang terbatas dalam organisasi dapat menimbulkan konflik antar individu maupun antar kelompok.
Dengan demikian suatu organisasi yang sedang mengalami konflik dalam aktivitasnya menunjukkan ciri-ciri yaitu: (1) terdapat perbedaan pendapat atau pertentangan antar individu atau kelompok, (2) terdapat perselisihan dalam mencapai tujuan yang disebabkan adanya perbedaan persepsi dalam menafsirkan program organisasi, (3) terdapat pertentangan norma, dan nilai-nilai individu maupun kelompok, (4) adanya sikap dan perilaku saling meniadakan, menghalangi pihak lain untuk memperoleh kemenangan dalam memperebutkan sumber daya organisasi yang terbatas, (5) adanya perdebatan dan pertentangan sebagai akibat munculnya kreativitas, inisiatif atau gagasan-gagasan baru dalam mencapai tujuan organisasi.
Konflik adalah suatu gejala yang sudah merupakan suratan tangan dalam garis kehidupan organisasi. Ia merupakan kekuatan besar yang dapat membawa organisasi kea rah yang positif, tetapi terkadang dapat memecah belah dan bahkan menghancurkan. Seperti sumber kekuatan yang lainnya yang dimiliki organisasi, dalam konflik tersimpan suatu asset besar yang dapat dimanfaatkan oleh manajemen untuk menumbuh kembangkan organisasi.
Sebagai suatu realitas, kehadiran konflik tidak perlu dipandang sebagai suatu persoalan. Akan lebih berguna apabila dipandang sebagai suatu tantangan yang harus dijawab secara tepat. Mempermasalahkan sesuatu yang eksistensinya tidak dapat dihindari adalah perbuatan yang mubazir. Lebih bijaksana bila hal itu dibeda secara seksama serta direspon secara positif. Artinya konflik adalah suatu keniscayaan yang tidak mungkin dihindari. Yang dibutuhkan adalah bagaimana mengelolanya secara baik dan benar. [2]
B.            Pengertian Konflik
Secara etimologis, konflik dari asal kata “confligere, conflictum” artinya pertentangan, pertikaian, bertolak belakang, dan berbenturan. Jadi konflik dapat diartikan sebagai suatu perselisihan atau perbedaan paham antara seseorang pada orang lainatau seseorang pada kelompok dan sebaliknya sehingga melahirkan ketidakharmonisan dalam komunikasi organisasi. Dalam pengertian yang sangat luas, konflik juga dapat dikatakan sebagai segala macam bentuk hubungan antar manusia yang bersifat berlawanan.[3]
Istilah konflik akan membawa suatu kesan dalam pikiran seseorang bahwa dalam hal tertentuterdapat suatu pertikaian, pertentangan antara beberapa orang atau kelompok orang-orang, tidak adanya kerja sama, perjuangan satu pihak untuk melawan pihak lainya, atau suatu proses yang berlawanan. [4] Konflik merupakan suatu proses yang dimulai ketika suatu pihak merasa bahwa pihak lain telah dipengaruhi secara negative, atau tentang memengaruhi secara negative,tentang sesuatu yang diketahui pihak pertama.
Sedangkan Kreitner dan Kinicki memberikan definisi konflik sebagai sesuatu proses dimana satu pihak merasa bahwa kepentingannya telah ditentang atau dipengaruhi secara negative oleh pihak lain. Menurut mereka konflik dapat bersifat positif atau negative tergantung pada sifat dan intensitasnya. Namun, organisasi dapat menderita dan terlalu sedikitnya konflik. Dengan memerhatikan pendapat tersebut dapat dirumuskan bahwa pada dasarnya konflik adalah proses atau hasil interaksi dimana pihak pertama merasa bahwa kepentingannya ditentang atau dipengaruhi secara negative oleh pihak lainnya. [5]
Pada dasarnya konflik merupakan proses batin yang diliputi kegelisahan karena adanya pertentangan atau dapat dikatakan sebagai interaksi pertentangan antara dua pihak atau lebih. Sementara itu konflik dalam perusahaan atau organisasi adalah ketidaksesuaian antara dua pihak atau lebih anggota atau kelompok yang timbul karena adanya kenyataan bahwa mereka harus membagi sumber daya yang terbatas karena diantara mereka terjadi perbedaan dalam status, tujuan, nilai dan persepsi.
Konflik adalah bagian normal dari kehidupan dan kenyataannya bisa membantu menstimulasi perubahan kearah positif. Konflik juga bisa merusak bila berlangsung terus menerus pada isu yang sama. Kita dapat mengambil keuntungan dalam kerja sama dengan orang lain dan memecahkan masalah lebih cepat dan lebih efektif dengan memahami bahwa konflik umumnya muncul karena ada perbedaan pada tiga area yaitu kepribadian, persepsi, dan tujuan. Dengan demikina konflik dalam organisasi adalah tiadanya kesesuaian antara dua atau lebih anggota organisasi atau kelompok, karena keharusan membagi sumber yang langka diantara mereka atau keharusan bekerja bersama-sama sedangkan mereka berbeda tingkat, tujuan, nilai-nilai ataupun persepsi. [6]
C.            Jenis-jenis Konflik
Terdapat berbagai macam jenis konflik, tergantung pada dasar yang digunakan untuk membuat klasifikasi. Ada yang membagi konflik atas dasar fungsinya, ada pembagian atas dasar pihak-pihak yang terlibat dalam konflik, dan sebagainya.[7] Konflik dilihat dari Fungsinya
Berdasarkan fungsinya, Robbins membagi konflik menjadi dua macam, yaitu: konflik fungsional dan konflik disfungsional. Konflik fungsional adalah konflik yang mendukung pencapaian tujuan kelompok, dan memperbaiki kinerja kelompok. Sedangkan konflik disfungsional adalah konflik yang merintangi pencapaian tujuan kelompok. Dalam aktivitas organisasi, dijumpai bermacam-macam konflik yang melibatkan individu-individu maupun kelompok-kelompok. Beberapa kejadian konflik telah diidentifikasi menurut jenis dan macamnya oleh sebagian penulis buku manajemen, perilaku keorganisasian, psikologi maupun sosiolog. [8]Teori konflik adalah teori yang memandang bahwa perubahan sosial tidak terjadi melalui proses penyesuaian nilai-nilai yang membawa perubahan, tetapi terjadi akibat adanya konflik yang menghasilkan kompromi yang berbeda dengan kondisi semula.
1.             Konflik dilihat dari pihak yang terlibat didalamnya
Berdasarkan pihak-pihak yang terlibat didalam konflik, Stoner dan Freeman membagi konflik menjadi 6 macam, yaitu:
a.                  Konflik dalam diri individu. Konflik ini terjadi jika seseorang harus memilih tujuan yang saling bertentangan, atau karena tuntutan tugas yang melebihi batas kemampuannya.
b.                  Konflik antar individu. Terjadi karena perbedaan kepribadian antara individu yang satu dengan individu yang lain.
c.                  Konflik antar individu dan kelompok. Terjadi jika individu gagal menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok tempat ia bekerja.
d.                 Konflik antar kelompok dan organisasi yang sama. Konflik ini terjadi karena masing-masing kelompok memiliki tujuan yang berbeda dan masing-masing berupaya untuk mencapainya.
e.                  Konflik antar organisasi. Konflik ini terjadi jika tindakan yang dilakukan oleh organisasi menimbulkan dampak negative bagi organisasi lainnya.
f.                   Konflik antar individu dalam organisasi yang berbeda. Konflik ini terjadi sebagai akibat sikap atau perilaku dari anggota suatu organisasi yang berdampak negative bagi anggota organisasi lainnya.



2.             Intra Organisasi
Dibagi menjadi 4 macam konflik, yaitu:[9]
a.              Vertical. Misalnya antara pemimpin dengan bawahannya.
b.             Horizontal. Misalnya dapat terjadi antara pegawai atau unit yang mempunyai garis hirarki yang sama dalam organisasi.
c.              Lini-staf, bisa terjadi antara staf ahli misalnya dengan pejabat atau pegawai dalam suatu lini.
d.             Konflik peran, dapat terjadi karena seseorang dalam suatu organisasi mempunyai lebih dari satu peran yang kontradiktif.
Apabila orang lain memiliki persepsi atau harapan yang berbeda tentang peran seseorang, orang itu cenderung mengalami konflik peran, karena sukar memenuhi suatu harapan tanpa menolak harapan lain. Sebagai contoh, seorang direktur perusahaan menghadapi konflik peran apabila ia mengetahui bahwa baik pengawas maupun direktur kepegawaian ingin agar ia menempatkan fungsi perencanaan organisasi yang baru kepada departemennya. [10]
Berbagai jenis konflik diatas merupakan gambaran umum kejadian konflik yang muncul pada setiap organisasi. Sedangkanm intensitas konflik pada masing-masing berbeda bergantung pada bagaimana individu atau kelompok menanggapi, menafsirkannya kejadian konflik. Sedangkan gaya manajemen konflik yang dilakukan oleh pimpinan dapat mempengaruhi efektivitas pencapaian tujuan organisasi. [11]
Situasi konflik dapat dipilah menjadi empat akibat yang bergantung pada prespektif orang-orang yang terlibat. Situasi yang pertama ialah situasi kalah-kalah, dimana seseorang ingin agar konflik itu merusak kedua bela pihak yang akibatnya lebih buruk dari sebelumnya. (Contoh yang eksterim adalah pembunuhan-bunuh diri, yaitu seseorang membunuh diri sendiri setelah membunuh orang lain). Kuadran yang kedua (kalah-menang) menggambarkan situasi dimana seseorang melihat adanya maslahat dikalahkan dalam isyu yang bersangkutan. Perspektif ini mungkin timbul karena banyaknya bukti atau karena orang itu berharap bahwa pihak lain akan mengalah dikemudian hari.
Strategi menang-kalah tampaknya sering mendominasi konflik emosional. Disini, seseorang berusaha mengalahkan yang lain. Konflik ini timbul dari “Sindrom belahan kue yang pasti”, dimana kedua bela pihak  percaya bahwa kemenangan hanya dapat diraih dengan mengalahkan yang lain. Alternatif keempat adalah pendekatan menang-menang. Dalam situasi ini, dicari pemecahan kreatif yang menguntungkan kedua bela pihak. Telah banyak dibentuk dewan karyawan-pimpinan dengan sasaran yang menguntungkan kedua bela pihak itu. Tujuannya adalah memadukan kebutuhan kedua bela pihak melalui pemecahan masalah, kolaborasi, dan kompromi yang membangun.
D.           Faktor-faktor Penyebab Konflik
Setiap manusia mempunyai perbedaan dalam hal kecerdasan, kemampuan, sikap, bakat, pengetahuan, kepribadian, cita-cita, minat maupun kebutuhan. perbedaan-perbedaan yang melekat pada diri individu dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar, akan tetapi perbedaan dapat menimbulkan pertentangan diantara individu. perbedaan individu harus diarahkan dan dikelola secara baik agar dapat mendorong perkembangan individu maupun kelompok.
Organisasi sebagai kumpulan individu tidak terlepas dari persoalan konflik dalam mencapai tujuan. Karena itu agar konflik dapar berdampak positif bagi kelangsungan organisasi harus dikelola secara baik dengan mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebabnya. Konflik sering muncul karena kesalahan dalam mengkomunikasikan keinginan dan adanya kebutuhan dan nilai-nilai kepada orang lain.
Menurut Robbins, konflik muncul karena ada kondisi yang melatarbelakangi. Kondisi tersebut yang disebut juga sebagai sumber terjadinya konflik yang terdiri dari tiga kategori, yaitu:[12]
1.             Komunikasi. Komunikasi yang buruk, dalam arti komunikasi yang menimbulkan kesalahpahaman antara pihak-pihak yang terlibat, dapat menjadi sumber konflik.
2.             Variabel Pribadi. yang meliputi sistem nilai yang dimiliki tiap-tiap individu, karakteristik kepribadian yang menyebabkan individu memiliki keunikan dan berbeda dengan individu yang lain.
3.             Struktur. Istilah struktur dalam konteks ini digunakan dalam artian yang mencakup ukuran, derajat.
Ada banyak faktor yang menyebabkan munculnya konflik dalam organisasi, diantaranya sebagai berikut:[13]
1.             Konflik Nilai. Artinya konflik terjadi karena perbedaan nilai. Konflik terjadi karena dua pihak memberikan nilai yang berbeda atas apa yang menjadi objek konflik.
2.             Pemimpin yang kurang efektif. Artinya konflik bisa terjadi karena kepemimpinan kurang efektif membuat semua anak buah dalam organisasi atau anggota suatu komunitas atau masyarakat bebas bergerak.
3.             Ketidak cocokan Peran. Artinya konflik terjadi karena adanya ketidakcocokan peran dengan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang.
4.             Produktivitas Rendah. Artinya konflik acapkali terajdi karena out put dan out come dari dua pihak atau lebih yang bekerja sama tidak atau kurang mendapat keuntungan dari kerja sama tersebut.
5.             Perubahan Keseimbangan. Artinya konflik terjadi karena perubahan keseimbangan yang dialami oleh dua pihak atau lebih.
6.             Konflik yang belum terpecahkan. Karena adanya konflik diantara dua pihak yang sebelumnya tidak dapat dipecahkan.
7.             Kebutuhan untuk membagi sumber-sumber daya yang terbatas. Karena kelompok organisasi bersaing untuk memperebutkan bagian terbesar sumber-sumber daya yang tersedia.
8.             Perbedaan-perbedaan dalam berbagai tujuan.
9.             Saling ketergantungan kegiatan-kegiatan kerja.
10.         Kemenduaan Organisasional.
11.         Ketegangan dan saingan pribadi serta pertentangan-pertentangan sosial.
12.         Problem organisasi yang ditimbulkan.
13.         Perkembangan dan Kemajuan Teknologi.
14.         Syarat-syarat kerja,disebabkan karena kesukaran dalam melaksanakan pekerjaan dalam suatu organisasi.
15.         Organisasi atau instansi sebagai struktur sosial, ekonomi, hukum dan teknik.
16.         Hubungan Timbal Balik antara atasan dan bawahan.
17.         Pendelegasian Wewenang.

E.            Sumber Konflik
Irfan Islamy secara rinci mengemukakan sumber konflik yang diuraikan sebagai berikut:[14]
1.             Manusia yang agresif dan menggunakan organisasi sebagai tempat menyalurkan konflik.
2.             Persaingan karena adanya sumber-sumber yang terbatas seperti modal, material, tenaga kerja dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
3.             Adanya kepentingan, hal ini dapat terjadi bila dua unit organisasi atau lebih memiliki tujuan yang berbeda-beda.
4.             Perbedaan fungsi/ peranan, karena adanya peranan yang dilaksanakan oleh masing-masing kelompok berbeda dan secara intern berbeda satu sama lain.
5.             Ketidakkompakan, terutama dalam mencapai tujuan organisasi.
6.             Adanya harapan peranan yang gagal dilaksanakan.
7.             Ketidaktentuan tugas dan tanggung jawab.
8.             Iklim organisasi yang tidak sehat.
9.             Ambisi yang berlebihan.
10.         Sifat manusia yang cenderung untuk berbuat rakus.
McShane dan Von Glinow menyebutkan adanya beberapa sumber konflik adalah Incompatible goals, Differentiation, Interdependence, Scare resources, Ambiguos rules, dan Communication problems.[15]
a.              Incompatible goals, ketidak sesuaian tujuan. menunjukkan bahwa konflik dapat terjadi karena tujuan satu orang atau departemen yang kelihatan tidak sesuai mencampuri tujuan orang atau departemen lainnya.
b.             Differentiation, perbedaan terjadi diantara orang, departemen, dan entitas lain menurut pelatihan, nilai-nilai, keyakinan, dan pengalaman mereka.
c.              Interdependence, konflik cenderung meningkat dengan tingkat saling ketergantungan terjadi ketika anggota tim harus berbagi masukan bersama pada tugas individu, kebutuhan berinteraksi dalam proses melakukan pekerjaan mereka, atau menerima hasil seperti reward yang untuk sebagian ditentukan berdasarkan kinerja orang lain.
d.             Scare resources, langkanya sumber daya membangkitkan konflik karena masing-masing orang atau unit memerlukan sumber daya yang perlu untuk mengalahkan pihak lainnya yang juga perlu sumber daya tersebut untuk memenuhi tujuannya.
e.              Ambiguos rules, aturan yang ambigu terjadi karena ketidakpastian meningkatkan resiko bahwa satu pihak bermaksud mencampuri tujuan pihak lain.
f.              Communication problems, masalah komunikasi. konflik sering terjadi karena kurangnya peluang, kemampuan atau motivasi untuk melakukan komunikasi dengan efektif.

F.             Mengatasi Konflik
Beberapa cara yang dapat dilakukan seorang pemimpin dalam mengatasi konflik yang terjadi, antara lain:[16]
1.             Bersabar. Mengabaikan konflik (terutama untuk konflik ringan) meskipun hubungan orang yang berkonflik tetap berlanjut, karena pihak yang berkonflik kekurangan informasi ataupun akibat hukumnya lemah.
2.             Berikan kesempatan pada semua anggota kelompok untuk mengemukakan pendapatnya tentang hal-hal yang diinginkan.
3.             Meminta satu pihak menempatkan diri pada posisi orang lain, dan berikan argumentasi yang kuat mengenai posisi tersebut.
4.             Menghindari tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri hubungannya dengan cara meninggalkannya.
5.             Kekerasan atau paksaan.
6.             Negosiasi.
7.             Konsiliasi tindakan membawa semua yang berkonflik ke meja undingan.
8.             Mediasi menyangkut pihak ketiga yang ikut membantu menyelesaikan konflik agar tercapai persetujuan.
9.             Azbitrasi kedua bela pihak yang berkonflik setuju pada keterlibatan pihak ketiga yang memiliki otoritas hukum dan mereka sebelumnya harus setuju untuk menerima keputusannya.
10.         Peradilan. Intervensi pihak ketiga yang berwenang untuk campur tangan dalam penyelesaian konflik, apakah pihak-pihak yang berkonflik itu menginginkan atau tidak.
Cara menangani konflik yang terjadi ialah, menangani konflik adalah tindakan pihak pertama untuk menyelesaikan kondisi pertentangan yang disebabkan adanya kepentingan-kepentingan yang saling berbenturan. Pada dasarnya usaha menyelesaikan konflik seseorang bisa mengambil sikap mengalah kepada kepentingan orang lain, bisa menuntut agar orang lain mengalah kepada kepentingannya, atau bisa juga bekerja sama dengan pihak kedua untuk mencari kemungkinan-kemungkinan lain agar kepentingan kedua bela pihak bisa terpenuhi secara maksimal. [17]















BAB III
PENUTUP
A.           Kesimpulan
Konflik adalah benturan dari bermacam-macam paham, perselisihan, tidak adanya kata mufakat, terjadinya pergesekan, bahkan perkelahian, atau perlawanan dengan senjata perang. Beberapa definisi kepemimpinan menggambarkan asumsi bahwa kepemimpinan adalah proses mempenagruhi orang., baik individu, maupun kelompok. Seorang pemimpin adalah seorang yang aktif membuat rencana-rencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan, dan memimpin pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama.
Dibutuhkan pemimpin yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai kemampuan, mempengaruhi pendirian atau pendapat orang lain dalam susunan aktivitas dan hubungannya dalam kelompok atau organisasi serta keahlian untuk mengelola konflik. Sering kita temukan dalam setiap organisasi tentang adanya sikap pro dan kontra dalam memandang konflik. Ada pemimpin yang memandang konflik secara negative dan mencoba untuk menghilangkan segala jenis konflik yang ada.
Tanpa konflik akan ada rasa tidak memerlukan perubahan, dan operhatian tidak terfokus pada masalah. Karena itu yang dibutuhkan adalah bagaimana mengelola konflik sehingga konflik tersebut dapat dipertahankan kepada tingkatan tertentu. Untuk mengembangkan alternative solusi agar dapat mencapai satu kesepakatan dalam pemecahan konflik, diperlukan komitmen yang sungguh-sungguh.


[1] dr. Wahyudi, Manajemen Konflik dalam Organisasi Pedoman Praktis Bagi pemimpin Visioner, 2011, Bandung, Alfabeta, hlm. 16-18.
[2] Komang Antana, Ni Wayan Mujiati, Anak Agung Ayu Sriathi, Perilaku Keorganisasian, 2009, Yogyakarta, Graha Ilmu, hlm. 111.
[3] Abdullah Masmuh, Komunikasi Organisasi dalam prespektif Teori dan Praktek, 2010, Malang, UMM Press, hlm. 293.
[4] Miftah Thoha, Kepemimpinan dalam Manajemen, 2003, Jakarta, Raja Grafindo Persada, hlm. 105.
[5] Prof. Dr. Wibowo, S.E., M.Phil, Perilaku dalam Organisasi, 2014, Jakarta, Raja Grafindo Persada, hlm. 219-220.
[6] Prof. Dr. Veithzal Rivai, M.B.A, Kiat Memimpin dalam Abad Ke-21, 2004, Jakarta, Raja Grafindo Persada, hlm. 171.
[7] Dr. H. Syamsul Arifin, M.Pd, Leadership Ilmu dan Seni Kepemimpinan, 2012, Jakarta, Mitra Wacana Media, hlm. 165-166.
[8] Bernard Raho, Teori sosiolog modern, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2007, hlm. 54.
[9] Komang Antana, Ni Wayan Mujiati, Anak Agung Ayu Sriathi, Perilaku Keorganisasian, 2009, Yogyakarta, Graha Ilmu, hlm. 116.
[10] Keith Davis, Ph.D., John W. Newstrom, Ph.D., Perilku dalam Organisasi, Gelora Aksara Pratama, 1985, hlm. 82.
[11] dr. Wahyudi, Manajemen Konflik dalam Organisasi Pedoman Praktis Bagi pemimpin Visioner, 2011, Bandung, Alfabeta, hlm. 33-34.
[12] Dr. H. Syamsul Arifin, M.Pd, Leadership Ilmu dan Seni Kepemimpinan, 2012, Jakarta, Mitra Wacana Media, hlm. 168-169.
[13] Abdullah Masmuh, Komunikasi Organisasi dalam prespektif Teori dan Praktek, 2010, Malang, UMM Press, hlm. 302-307.
[14] Komang Antana, Ni Wayan Mujiati, Anak Agung Ayu Sriathi, Perilaku Keorganisasian, 2009, Yogyakarta, Graha Ilmu, hlm. 113.
[15] Prof. Dr. Wibowo, S.E., M.Phil, Perilaku dalam Organisasi, 2014, Jakarta, Raja Grafindo Persada, hlm. 225-226.
[16] Prof. Dr. Veithzal Rivai, M.B.A, Kiat Memimpin dalam Abad Ke-21, 2004, Jakarta, Raja Grafindo Persada, hlm. 179-180.
[17] Matindas. R, Manajemen SDM Lewat Konsep Aku, 2002, Jakarta, Pustaka Utama Grafindo, hlm. 66.




DAFTAR PUSTAKA

Ardana, Komang; Mujiati, Ni Wayan; Ayu Sriathi, Anak Agung. Perilaku Keorganisasian.
                        2009. Yogyakarta. Edisi ke-2. Graha Ilmu. xii=208 hlm, 1 jil. : 23 cm.
Arifin, Syamsul. Leadership Ilmu dan Seni Kepemimpinan. 2012. Jakarta. Mitra Wacana
Media.
Davis, Keith. Jhon W. Newstrom. Perilaku dalam Organisasi. 1985. Gelora Aksara Pratama.
Masmuh,Abdullah. Komunikasi Organisasi dalam prespektif Teori dan Praktek. 2010.
Malang. Cet. 2. xvii, 322 hlm, Tab, 15 cm.
Rivai,Veithzal. Kiat Memimpin dalam Abad ke-21. 2004. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.
R. Matindas. Manajemen SDM Lewat Konsep Aku. 2002. Jakarta. Pustaka Utama Grafindo.
Raho, Bernard. Teori Sosiolog Modern. 2007. Jakarta. Prestasi Pustaka Publisher.
Thoha, Miftah. Kepemimpinan dalam Manajemen suatu pendekatan perilaku. 2003. Jakarta.
Raja Grafindo Persada. Ed. 1. Cet. 9.
Wahyudi. Manajemen Konflik dalam Organisasi. 2001.  Bandung:Alfabeta.
Wibowo. Perilaku dalam Organisasi. 2014. Jakarta. Raja Grafindo Persada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar